Cyberthreat Hunting: Deteksi Ancaman Sebelum Terjadi Serangan


Ilustrasi Cyber Security 3

Ilustrasi Cyber Security

Di era digital yang semakin kompleks ini, keamanan telah menjadi prioritas utama bagi organisasi dan individu. Ancaman siber dapat muncul dari berbagai sumber dan sering kali sulit dideteksi dengan metode keamanan konvensional. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan menangani risiko keamanan tersebut. 

Salah satu pendekatan yang semakin berkembang adalah threat hunting, yaitu teknik deteksi ancaman secara proaktif melalui pengumpulan dan analisis data serta informasi mengenai aktivitas dalam jaringan. 

Dalam artikel ini, kami akan membahas pengertian serta cara kerja threat hunting dalam membantu mengatasi ancaman keamanan siber. Kami juga akan membahas beberapa teknik yang digunakan dalam threat hunting. Jadi, jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai threat hunting, simak penjelasan berikut.

 

Apa Itu Cyberthreat Hunting?

Cyberthreat hunting atau threat hunting adalah proses pencarian aktivitas kejahatan siber, ancaman, dan anomali yang terdapat dalam jaringan dan sistem bisnis suatu organisasi. Tujuannya adalah untuk mendeteksi potensi serangan yang mungkin terjadi dan menjaga stabilitas jaringan.

Cyberthreat hunting berbeda dari keamanan siber, sebab threat hunting berfokus pada penghentian serangan siber yang akan datang, sementara keamanan siber bertujuan untuk mencegah serangan tersebut. Proses cyberthreat hunting meliputi pengumpulan data jaringan serta informasi pengguna untuk membangun gambaran komprehensif mengenai kondisi keamanan jaringan. Pengumpulan data ini membantu dalam mendeteksi ancaman yang mungkin belum teridentifikasi.

Tujuan dari cyberthreat hunting adalah untuk meminimalkan dampak dari serangan dengan menemukan dan mengatasi ancaman pada tahap awal, sebelum kerusakan yang signifikan terjadi. Proses ini sebaiknya dilakukan oleh tim yang terampil dan berpengalaman di bidang keamanan siber untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan mengoptimalkan hasil.

 

Bagaimana Cara Kerja Cyberthreat Hunting?

cyber security

Perburuan ancaman adalah metode proaktif yang memungkinkan kita untuk mendalami dan mengidentifikasi aktivitas mencurigakan serta tanda-tanda potensi ancaman keamanan yang mungkin ditimbulkan oleh alat pemantauan tradisional. Proses ini sangat penting dalam mendeteksi celah keamanan dan menanggulangi serangan siber yang merusak.

Langkah awal dalam perburuan ancaman dimulai dengan pemahaman yang mendalam mengenai analisis jaringan dan sistem yang ada, termasuk risiko potensi serangan dan kerentanan yang mungkin ada. Selanjutnya, alat perburuan ancaman akan bekerja secara terpadu dengan sistem pemantauan tradisional untuk mengidentifikasi tanda-tanda atau perilaku mencurigakan. Begitu terdeteksi, analisis lebih mendalam dilakukan untuk menilai apakah indikasi tersebut benar-benar merupakan ancaman. Setelah ancaman diidentifikasi, tindakan selanjutnya diambil untuk menetralkan atau meminimalisir potensi dampak yang mungkin terjadi.

Dalam upaya untuk melindungi keamanan organisasi dan menghindari serangan siber, kerangka kerja ancaman berburu menjadi alat yang sangat penting dan efektif. Namun, strateginya memerlukan dukungan sumber daya yang memadai serta kepemimpinan proaktif dari manajemen untuk memastikan keberhasilannya.

Proses Cyberthreat Hunting:

  1. Hipotesis: Membuat hipotesis tentang potensi ancaman berdasarkan intelijen ancaman, analisis tren, atau pengalaman sebelumnya. Misalnya, jika ada laporan mengenai jenis malware baru yang menargetkan industri tertentu, hipotesis dapat dibangun untuk mencari tanda-tanda keberadaannya dalam jaringan.
  2. Pengumpulan Data: Mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber, termasuk log jaringan, sistem log, titik akhir, serta alat pemantauan lainnya seperti firewall, sistem deteksi intrusi, dan aplikasi server.
  3. Analisis: Menerapkan berbagai teknik analisis, termasuk analisis forensik dan machine learning, untuk mengidentifikasi tanda-tanda aktivitas mencurigakan. Para profesional keamanan siber akan mencari anomali dalam data yang dapat mengindikasikan adanya ancaman.
  4. Investigasi: Menyelidiki temuan untuk menentukan apakah itu merupakan ancaman nyata atau sekadar anomali tak berbahaya. Proses ini melibatkan pengecekan lebih lanjut terhadap indikator yang ditemukan selama analisis.
  5. Respons: Jika ancaman telah terverifikasi, tim keamanan akan segera mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk menangani masalah tersebut, seperti mengisolasi sistem yang terinfeksi, memperbaiki kerentanan, dan memulihkan sistem yang terdampak. 

 

Pentingnya Melakukan Threat Hunting

cyber protection

  1. Deteksi Ancaman yang Lebih Canggih: Ancaman siber semakin kompleks dan canggih, sehingga sering kali mampu menghindari deteksi oleh sistem keamanan otomatis. Threat hunting berperan dalam mengidentifikasi ancaman yang mungkin terlewatkan oleh sistem tersebut, seperti Advanced Persistent Threats (APT).
  2. Peningkatan Keamanan Proaktif: Dengan melakukan pencarian ancaman secara proaktif, organisasi dapat mendeteksi dan mengatasi potensi serangan sebelum menyebabkan kerusakan signifikan, sehingga memperkuat postur keamanan keseluruhan.
  3. Pengurangan Waktu Respons: Strategi ini mempercepat proses deteksi dan respons terhadap ancaman, mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menanggulangi serangan.
  4. Peningkatan Pemahaman Sistem: Proses ini memberikan wawasan mendalam mengenai sistem jaringan dan infrastruktur organisasi, yang membantu dalam mengidentifikasi kelemahan serta area yang membutuhkan perbaikan.
  5. Penyesuaian Terhadap Ancaman Baru: Dengan perkembangan ancaman siber, organisasi dapat tetap selangkah lebih maju dengan melakukan penyesuaian terhadap strategi dan taktik dalam menghadapi ancaman baru yang muncul.

 

Threat Hunting vs Threat Intelligence: Apa Bedanya?

Dalam ranah keamanan informasi, Threat Hunting dan Threat Intelligence adalah dua konsep yang saling berhubungan. 

  • Threat Intelligence merujuk pada data dan analisis terkait ancaman keamanan yang digunakan untuk mengidentifikasi ancaman potensial dan mengambil tindakan yang sesuai. Sebaliknya, Threat Hunting berfokus pada pencarian ancaman yang sebenarnya yang mungkin telah melewati sistem pertahanan tanpa terdeteksi. 
  • Perbedaannya terletak pada sifatnya, Threat Intelligence cenderung reaktif dan berorientasi pada analisis ancaman yang terlihat, sementara Threat Hunting bersifat proaktif dan berupaya menemukan ancaman. 
  • Threat Intelligence sangat penting untuk memastikan organisasi memiliki pemahaman yang jelas tentang ancaman yang ada, sementara Threat Hunting dapat memberikan wawasan mendalam mengenai serangan potensial dan menemukan ancaman yang tidak terdeteksi oleh solusi keamanan tradisional. 

Kedua konsep ini digunakan secara bersamaan untuk mengoptimalkan pertahanan keamanan suatu organisasi.

 

Jenis-Jenis Threat Hunting

  • Structured Threat Hunting: Pendekatan ini bersifat sistematis dan didasarkan pada hipotesis yang spesifik. Biasanya berdasarkan intelijen ancaman yang diambil dari sumber eksternal atau internal, dan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi ancaman.
  • Unstructured Threat Hunting: Pendekatan ini lebih eksploratif dan tidak mengikuti rencana yang ketat. Profesional keamanan siber menggunakan intuisi dan pengalaman mereka untuk mencari anomali dalam data, termasuk analisa pola lalu lintas jaringan atau aktivitas sistem yang tidak biasa.
  • Situational Threat Hunting: Pendekatan ini berfokus pada situasi atau peristiwa tertentu di lingkungan organisasi. Sebagai contoh, setelah terjadinya insiden keamanan, para pemburu ancaman akan mencari tanda-tanda serangan lain yang mungkin terkait, membantu dalam mengidentifikasi aktivitas berkelanjutan yang masih ada dalam sistem.
  • Hypothesis-Driven Threat Hunting: Pendekatan ini dimulai dengan hipotesis yang jelas mengenai cara serangan tertentu dapat terjadi. Tim keamanan akan mencari tanda-tanda tertentu dalam jaringan berdasarkan informasi yang ada mengenai teknik penyusupan yang digunakan oleh penyerang.
  • Intel-Driven Threat Hunting: Pendekatan ini didasarkan pada intelijen ancaman yang diambil dari berbagai sumber, termasuk laporan dari vendor keamanan, informasi dari komunitas keamanan siber, atau data internal organisasi, yang digunakan untuk mengarahkan pencarian ancaman yang spesifik.
  • Analytics-Driven Threat Hunting: Dalam pendekatan ini, alat analitik dan pembelajaran mesin digunakan untuk menganalisis data besar dan mencari pola mencurigakan, sangat efektif untuk mengidentifikasi ancaman yang tersembunyi di tengah volume data yang besar.
  • Hunting by Detection Tool Outputs: Pendekatan ini melibatkan penggunaan hasil dari alat deteksi otomatis sebagai titik awal untuk investigasi lebih lanjut. Misalnya, jika IDS atau IPS mendeteksi aktivitas mencurigakan, tim ahli akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan sifat ancaman tersebut.

 

Jenis Ancaman yang Dapat Diketahui oleh Cyberthreat Hunting

cyber protection

Cyberthreat hunting memainkan peran penting dalam melindungi jaringan dan data organisasi, serta memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai macam ancaman yang berpotensi merusak. Berikut ini adalah beberapa jenis ancaman yang perlu diwaspadai:

  1. Malware dan Virus : Malware adalah musuh yang mengintai, menghalangi penggunaan perangkat normal dengan cara memperoleh akses tidak sah ke perangkat endpoint. Berbagai bentuk serangan seperti phishing, spyware, adware, trojan, worm, dan ransomware termasuk dalam kategori malware. Virus, sebagai salah satu bentuk malware yang paling umum, dirancang untuk mengganggu operasional perangkat normal dengan merekam, merusak, atau bahkan menghapus data penting sebelum menyebar ke perangkat lain dalam jaringan.
  2. Ancaman Internal : Ancaman internal muncul dari individu yang memiliki akses resmi ke sistem organisasi. Baik melalui niat jahat atau tindakan yang tidak disengaja, orang-orang di dalam organisasi ini dapat menyalahgunakan atau merusak jaringan, data, sistem, maupun fasilitas. Kewaspadaan terhadap potensi ancaman internal sangatlah penting untuk menjaga integritas dan kerahasiaan informasi.
  3. Ancaman Persisten Tingkat Lanjut : Pelaku canggih yang berhasil membobol jaringan dan bertahan tanpa terdeteksi dalam jangka waktu lama merupakan contoh ancaman persisten tingkat lanjut. Para penyerang ini biasanya memiliki keterampilan tinggi serta sumber daya yang cukup untuk terus mengancam keamanan organisasi. Ketahanan terhadap serangan semacam ini memerlukan sistem pengawasan yang cermat dan responsif.
  4. Serangan Rekayasa Sosial : Serangan rekayasa sosial merupakan taktik di mana penyerang siber menggunakan manipulasi dan tipu daya untuk menipu karyawan agar memberikan akses atau informasi sensitif. Bentuk-bentuk umum dari serangan rekayasa sosial meliputi phishing, baiting, dan scareware. Kesadaran dan pelatihan terhadap jenis serangan ini sangat penting untuk membangun pertahanan yang kuat dalam organisasi.

Dengan pemahaman yang mendalam mengenai berbagai jenis ancaman ini, kita dapat memperkuat strategi keamanan siber dan melindungi aset berharga organisasi dari serangan yang merugikan.

 

Apa Saja Teknik dalam Cyberthreat Hunting?

Dalam praktik threat hunting, terdapat berbagai teknik yang diterapkan untuk menemukan dan mengidentifikasi Cyberthreat Hunting. Berikut adalah beberapa teknik yang digunakan dalam threat hunting:

  • Baselining: Teknik ini melibatkan pembuatan baseline atau titik acuan dari aktivitas normal di jaringan atau sistem komputer. Dengan adanya baseline yang jelas, tim threat hunting dapat dengan mudah mendeteksi perubahan atau aktivitas anomali yang mungkin menandakan adanya serangan.
  • Attack-Specific Hunts: Teknik ini mencakup pencarian aktif terhadap tanda-tanda serangan spesifik atau metode penyerangan yang telah dikenal. Tim threat hunting memanfaatkan pengetahuan mengenai potensi serangan dan metodologi yang digunakan oleh peretas untuk mencari jejak atau anomali yang terkait dengan serangan tersebut.
  • Time Sensitivity: Teknik ini menekankan bahwa beberapa serangan dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, tim threat hunting harus responsif dan proaktif dalam mendeteksi ancaman. Mereka harus mampu mengumpulkan, menganalisis, dan bereaksi terhadap informasi dengan cepat untuk mengurangi dampak serangan yang mungkin terjadi.
  • Third-Party Sources: Teknik ini melibatkan penggunaan sumber daya eksternal, seperti intelijen ancaman dari pihak ketiga. Tim threat hunting dapat memanfaatkan informasi dan data dari penyedia layanan keamanan atau kelompok keamanan independen untuk mendapatkan wawasan mengenai tren serangan terbaru, alat yang digunakan oleh peretas, atau indikasi serangan yang sedang berlangsung.

 

Apa yang Perlu Perusahaan Persiapkan Untuk Memulai Cyberthreat Hunting?

Untuk memulai aktivitas cyberthreat hunting, terdapat beberapa aspek yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan, antara lain:

  1. Sumber Daya Manusia yang Kompeten (Human Capital): Perusahaan perlu memiliki tim yang terlatih dan kompeten di bidang keamanan siber. Tim ini harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam deteksi ancaman, analisis malware, teknik pemantauan jaringan, dan investigasi insiden keamanan. Mereka juga harus mampu memahami dan menginterpretasikan data yang dihasilkan oleh alat-alat keamanan.
  2. Memperkaya Data: Penting bagi perusahaan untuk mengumpulkan dan mempertahankan data berkualitas untuk mendukung aktivitas cyberthreat hunting. Data ini dapat mencakup log jaringan, log sistem, log aplikasi, log keamanan, dan data dari alat-alat keamanan lainnya. Data yang diperoleh harus terstruktur dengan baik, mudah diakses, dan memiliki informasi relevan untuk mendeteksi ancaman.
  3. Menggunakan Threat Intelligence: Perusahaan perlu memanfaatkan Threat Intelligence untuk mendapatkan informasi mengenai tren ancaman terbaru, metode serangan yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber, serta daftar alamat IP atau domain yang dikenal berisiko. Threat Intelligence dapat membantu meningkatkan kemampuan deteksi dan mempercepat respons terhadap ancaman yang muncul.

Bagikan artikel ini

Video Terkait