Meta Diperbolehkan Latih AI dengan Data Facebook di Inggris


Meta

Meta

Pemerintah Inggris baru-baru ini memberikan lampu hijau kepada Meta untuk menggunakan data dari unggahan publik di Facebook dan Instagram dalam pelatihan model artificial intelligence (AI) mereka. Keputusan ini muncul setelah Meta sebelumnya menghentikan penggunaan AI di Inggris karena adanya kekhawatiran terkait pengumpulan data pribadi. Biasanya, model AI dilatih menggunakan data yang tersedia secara publik di internet. Namun, banyak situs besar sekarang membatasi akses AI kecuali ada kompensasi yang memadai. Sebagai solusi, Meta memutuskan untuk memanfaatkan data dari platform media sosial miliknya sendiri.

Otoritas Perlindungan Data Inggris, Information Commissioner’s Office (ICO), memberikan izin ini setelah melakukan diskusi mendalam dengan Meta. ICO memastikan bahwa pengguna akan diberikan opsi untuk menolak partisipasi data mereka dalam pelatihan AI, memberikan mereka kontrol lebih atas privasi mereka. Meski demikian, masih ada kekhawatiran mengenai isu etis terkait penggunaan data pribadi untuk melatih AI. Terlepas dari itu, banyak perusahaan teknologi besar terus berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan teknologi ini. Meta, contohnya, telah mengintegrasikan AI dalam layanan seperti WhatsApp dan juga sedang mengembangkan kacamata pintar berbasis AI.

Selain Meta, perusahaan-perusahaan teknologi lainnya seperti Google, Samsung, dan Apple juga tengah aktif dalam pengembangan teknologi AI. Meskipun AI memiliki potensi besar untuk mentransformasi berbagai sektor, isu privasi dan penggunaan data pribadi tetap menjadi perhatian utama di beberapa wilayah. Beberapa wilayah bahkan mempertimbangkan pelarangan pengumpulan data lokal oleh AI untuk mengatasi kekhawatiran tersebut.

Kontroversi di Australia

Di sisi lain, Meta menghadapi masalah serupa di Australia, di mana perusahaan tersebut diketahui telah mengumpulkan data pengguna secara diam-diam untuk melatih sistem AI-nya. Data yang dikumpulkan mencakup foto, postingan, dan informasi publik lainnya tanpa memberikan opsi bagi pengguna untuk menolak. Menurut laporan Kantor Berita ABC, Meta kini tengah diselidiki terkait tindakan tersebut. Awalnya, Direktur Privasi Global Meta, Melinda Claybaugh, membantah tuduhan pengumpulan data ini. Namun, setelah Senator David Shoebridge mengungkapkan bahwa Meta telah mengumpulkan data sejak 2007, Claybaugh akhirnya mengakui praktek tersebut.

Shoebridge menegaskan bahwa pengguna harus secara aktif mengatur privasi postingan mereka agar data mereka tidak digunakan oleh platform tanpa izin. Claybaugh juga mengkonfirmasi bahwa meskipun data pengguna di bawah usia 18 tahun tidak dihapus, perusahaan berjanji akan menghapusnya di masa depan. Namun, belum ada kejelasan mengenai apakah data pengguna yang sekarang sudah dewasa tetapi dikumpulkan saat mereka masih di bawah umur akan dihapus.

Di Eropa dan Amerika Serikat, Meta memberi informasi secara eksplisit kepada pengguna mengenai penggunaan data mereka untuk pelatihan AI, serta memberikan opsi untuk menolak, sesuai dengan regulasi yang berlaku di wilayah tersebut.

Investasi Besar dalam AI

Perusahaan-perusahaan teknologi di seluruh dunia sedang berlomba-lomba dalam pengembangan AI. Meta, Google, dan Microsoft, misalnya, memperkenalkan berbagai layanan AI seperti Meta AI, Gemini, dan Copilot. Microsoft telah menginvestasikan 13 miliar dolar AS, sekitar Rp 210 triliun, ke OpenAI untuk pengembangan ChatGPT. Sementara itu, Amazon mengalokasikan 4 miliar dolar AS, sekitar Rp 64 triliun, untuk bermitra dengan startup AI Anthropic guna meningkatkan kemampuan chatbot AI-nya, Claude.

Google dan Meta juga menggelontorkan dana besar untuk teknologi AI. Google menghabiskan 3 miliar dolar AS, sekitar Rp 48 triliun, untuk membangun pusat data dan 60 juta dolar AS, sekitar Rp 968 miliar, untuk pelatihan AI. Apple juga menyisihkan sekitar 100 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 1.619 triliun, dalam lima tahun terakhir untuk riset dan pengembangan, termasuk di bidang AI.

Meta, khususnya, berencana membeli 350.000 GPU dari Nvidia pada akhir 2024 dengan estimasi biaya sekitar 18 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 290 triliun. Selain itu, anggaran belanja modal Meta untuk 2024 diperkirakan mencapai 37-40 miliar dolar AS, sekitar Rp 597-645 triliun, dengan peningkatan signifikan pada tahun 2025 karena investasi AI.

Microsoft, dalam laporan kuartal IV-2024, melaporkan pengeluaran AI hampir mencapai 19 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 306 triliun, meskipun mereka belum melihat pengembalian investasi yang signifikan. OpenAI juga menghadapi tantangan keuangan dengan biaya operasional mencapai 8,5 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 137 triliun pada 2024.

Elon Musk, melalui perusahaan AI-nya xAI, berencana melatih chatbot baru dengan 100.000 GPU dari Nvidia dengan perkiraan biaya antara 3 hingga 4 miliar dolar AS, sekitar Rp 48-64 triliun. xAI juga sedang bernegosiasi dengan Oracle untuk menyewa server cloud senilai 10 miliar dolar AS, sekitar Rp 161 triliun.

Amazon juga mengembangkan chatbot AI bernama Metis yang diharapkan dapat bersaing dengan ChatGPT, dan merencanakan investasi 150 juta dolar AS, sekitar Rp 2,4 triliun, dalam 15 tahun ke depan untuk pusat data serta hingga 230 juta dolar AS, sekitar Rp 3,7 triliun, untuk startup AI generatif.




Bagikan artikel ini

Video Terkait