Apa Itu FOMO? Bahaya Tren Digital dan Cara Bijak Mengatasinya
- Rita Puspita Sari
- •
- 14 Des 2024 13.06 WIB
Pernahkah kamu merasa takut ketinggalan tren terbaru? Misalnya, semua temanmu sibuk membicarakan konser artis terkenal yang sedang viral, tapi kamu tidak bisa ikut? Atau kamu merasa harus membeli gadget terbaru agar tetap dianggap relevan? Kalau iya, kamu mungkin sedang mengalami fenomena yang disebut fear of missing out alias FOMO.
Di era digital ini, FOMO telah menjadi salah satu tantangan mental yang dihadapi banyak orang, terutama generasi muda yang aktif di media sosial. Namun, fenomena ini tidak hanya terbatas pada anak muda. Dengan maraknya penggunaan media sosial di berbagai kalangan, siapa pun bisa rentan mengalaminya. Artikel ini akan membahas apa itu FOMO, dampaknya, tanda-tandanya, dan tentu saja, cara mengatasinya agar hidup lebih tenang dan bahagia.
Apa Itu FOMO?
FOMO adalah istilah yang merujuk pada perasaan cemas atau takut karena merasa ketinggalan sesuatu yang penting atau menarik. Ini bisa berupa acara, tren, pengalaman, atau bahkan informasi yang sedang ramai dibicarakan.
Ketika mengalami FOMO, seseorang cenderung merasa harus ikut serta dalam hal-hal yang sedang populer. Perasaan ini sering kali dipicu oleh media sosial, di mana orang melihat kehidupan "sempurna" yang dipamerkan oleh teman-teman atau influencer. Contoh sederhana FOMO adalah:
- Merasa harus ikut bermain lato-lato karena semua orang melakukannya.
- Memaksa diri menggunakan pakaian atau aksesori yang sedang tren, meskipun tidak sesuai dengan selera pribadi.
- Mengunjungi tempat wisata atau restoran viral hanya untuk mengikuti tren di media sosial.
FOMO membuat kita merasa perlu terlibat, meskipun terkadang hal tersebut tidak benar-benar penting atau relevan bagi kebutuhan kita.
Apakah FOMO Termasuk Gangguan Mental?
FOMO bukan sekadar rasa cemas biasa. Menurut penelitian dari Dr. Andrew K. Przybylski, seorang ilmuwan asal Inggris, FOMO dapat digolongkan sebagai gangguan mental yang memengaruhi kesehatan psikologis seseorang. Temuan ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 2013, dan sejak itu FOMO menjadi topik yang banyak dibahas dalam konteks kesehatan mental.
FOMO sering kali memunculkan perasaan negatif seperti kecemasan, stres, atau bahkan depresi. Rasa cemas berlebihan ini bisa merusak keseimbangan hidup dan membuat seseorang kehilangan kendali atas prioritasnya.
FOMO vs JOMO: Dua Sisi Berbeda
Jika FOMO adalah perasaan takut ketinggalan, maka joy of missing out (JOMO) adalah kebalikannya. JOMO adalah konsep menikmati momen tanpa merasa perlu mengikuti semua tren atau aktivitas yang dilakukan orang lain.
Misalnya, kamu memilih menghabiskan akhir pekan di rumah membaca buku favorit alih-alih pergi ke pesta hanya karena semua orang pergi. Dengan JOMO, kamu belajar untuk menghargai waktu sendiri dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting bagi dirimu, bukan karena tekanan sosial.
Tanda-Tanda FOMO
FOMO memiliki beberapa ciri khas yang mudah dikenali, antara lain:
- Takut Ketinggalan Tren: Orang yang mengalami FOMO cenderung takut kehilangan hal-hal yang sedang populer. Misalnya, merasa perlu membeli gadget terbaru, mencoba makanan viral, atau menghadiri konser yang sedang ramai diperbincangkan.
- Takut Dikucilkan: Ketakutan lain yang sering muncul adalah takut tidak diterima oleh lingkungan sosial. Hal ini bisa membuat seseorang rela mengorbankan keuangan atau waktu hanya demi terlihat relevan. Contohnya, membeli barang mahal untuk mendapatkan pengakuan dari teman.
- Tidak Pernah Puas: Karena terus-menerus ingin mengikuti tren, orang yang FOMO cenderung merasa tidak pernah puas. Misalnya, meskipun sudah memiliki gadget yang cukup bagus, ia tetap ingin menggantinya dengan model terbaru hanya karena semua orang memilikinya.
Dampak Negatif FOMO
FOMO tidak hanya memengaruhi keputusan sehari-hari, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan mental dan fisik. Berikut beberapa dampak negatifnya:
- Gangguan Kecemasan dan Stres: Keinginan untuk selalu mengikuti tren dapat memicu gangguan kecemasan yang berlebihan. Seseorang mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak mampu memenuhi ekspektasi sosial. Hal ini bisa mengarah pada stres kronis yang mengganggu kesehatan mental.
- Penurunan Fokus dan Produktivitas: Saat terlalu fokus pada apa yang dilakukan orang lain, kamu mungkin kehilangan konsentrasi pada tugas-tugas penting. Pikiran terus-menerus terganggu oleh kekhawatiran tentang apa yang mungkin kamu lewatkan. Akibatnya, produktivitasmu menurun.
- Gangguan Pola Tidur: Kecemasan akibat FOMO seringkali membuat seseorang sulit tidur. Pikiran yang terus berputar tentang tren terbaru atau aktivitas orang lain dapat mengganggu kualitas tidur, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Cara Mengatasi FOMO
Meskipun FOMO bisa berdampak negatif, ada berbagai cara untuk mengatasinya. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa kamu coba:
- Membatasi Penggunaan Media Sosial: Media sosial adalah salah satu pemicu utama FOMO. Cobalah untuk mengurangi waktu mengakses platform ini, misalnya hanya mengeceknya di pagi dan sore hari selama 30 menit. Dengan begitu, kamu dapat lebih fokus pada kehidupan nyata tanpa terganggu oleh tekanan sosial.
- Fokus pada Diri Sendiri: Daripada terus membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada pencapaian dan kebahagiaanmu sendiri. Buat daftar hal-hal yang kamu syukuri dan tujuan yang ingin kamu capai. Hal ini akan membantumu merasa lebih puas dan percaya diri.
- Bangun Koneksi yang Bermakna: Alih-alih mengejar pengakuan di media sosial, carilah hubungan yang lebih bermakna di dunia nyata. Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki minat yang sama. Dengan begitu, kamu bisa berbagi pengalaman positif dan merasa lebih dihargai.
- Praktikkan JOMO: Latih dirimu untuk menikmati momen saat ini tanpa tekanan untuk selalu mengikuti tren. Sadari bahwa tidak semua hal harus diikuti, dan waktu untuk dirimu sendiri bisa sangat berharga.
- Prioritaskan Kebutuhan daripada Keinginan: Sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu atau mengikuti suatu tren, tanyakan pada dirimu: Apakah ini benar-benar dibutuhkan? Dengan berpikir lebih rasional, kamu dapat menghindari keputusan impulsif yang hanya memuaskan FOMO sementara.
Kesimpulan
FOMO adalah fenomena psikologis yang umum terjadi, terutama di era media sosial. Meski terlihat sepele, dampaknya bisa sangat serius, mulai dari gangguan kesehatan mental hingga penurunan kualitas hidup.
Namun, dengan mengenali tanda-tandanya dan menerapkan langkah-langkah yang tepat, kamu bisa mengatasi FOMO dan menjalani hidup yang lebih damai. Ingatlah, tidak semua tren perlu diikuti, dan tidak semua hal yang terlihat menarik di media sosial benar-benar penting untukmu. Fokuslah pada dirimu sendiri, dan temukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang membuat hidupmu bermakna.
Dengan memahami konsep JOMO, kamu bisa belajar menikmati momen tanpa tekanan sosial. Jadi, mulai sekarang, beranilah berkata "tidak" pada hal-hal yang tidak penting, dan nikmati hidup sesuai dengan caramu sendiri!