Antisipasi Tren Teknologi 2024: Cloud dan Ransomware Berbasis AI
- Rita Puspita Sari
- •
- 03 Jan 2024 13.00 WIB
Teknologi terus berkembang, dan tahun 2024 akan menjadi saksi perkembangan signifikan, menurut prediksi Akamai Technologies. Tren yang perlu diantisipasi mencakup evolusi cloud computing, peningkatan kinerja aplikasi, dan ancaman ransomware yang diperkuat oleh kecerdasan buatan (AI).
Menurut Jay Jenkins, Direktur Teknologi Komputasi Cloud Akamai Technologies, pertumbuhan cloud didorong oleh perusahaan yang beralih ke strategi multi-cloud dan hybrid cloud. Prediksi ini diharapkan berlanjut hingga 2024, membentuk arsitektur sistem yang terdistribusi. Fokus beralih dari optimasi biaya menuju peningkatan ketangkasan teknis dan operasional.
Tren kedua mengarah pada peningkatan kinerja aplikasi perusahaan. Jenkins menyoroti tantangan meningkatnya harapan konsumen terhadap pengalaman pengguna yang lancar dan responsif. Perusahaan diharapkan akan berjuang untuk meningkatkan kinerja aplikasi, seiring dengan berkembangnya perangkat terhubung dan pertukaran data real-time di sistem terdistribusi.
Ketiga, terjadi peningkatan kebutuhan akan sumber daya manusia terampil di bidang teknologi cloud, pengembangan perangkat lunak, dan administrasi sistem. Transisi ke infrastruktur dan layanan cloud memicu peningkatan pengeluaran, risiko kenaikan biaya, dan kekhawatiran terhadap ketergantungan pada penyedia cloud tertentu.
Namun, di tengah perkembangan positif ini, ancaman ransomware yang memanfaatkan kecerdasan buatan juga mencuat. Rueben Koh, Direktur Teknologi dan Strategi Keamanan Akamai Technologies, memperingatkan bahwa serangan ransomware diprediksi akan semakin canggih, didukung oleh program AI seperti FraudGPT dan WormGPT.
Serangan ini menggunakan taktik kill chain dan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengotomatisasi tugas sulit, meningkatkan enkripsi ransomware, dan bahkan menggunakan chatbot AI untuk membuat serangan lebih skalabel dan efisien.
Dr. Robert Blumofe, Executive VP dan CTO di Akamai Technologies, menekankan perlunya literasi AI di Asia Pasifik untuk melawan misinformasi. Ia mengingatkan bahwa serangan rekayasa sosial yang didukung oleh otomatisasi AI akan mendominasi tahun 2024. Oleh karena itu, perlindungan aset perusahaan harus difokuskan pada dasar-dasar keamanan, seperti identitas, visibilitas, akses tanpa kepercayaan, dan segmentasi mikro.
Dean Houari, Direktur Teknologi dan Strategi Keamanan di Akamai Technologies, mengatakan “Seiring peralihan dunia usaha ke penggunaan platform multi-cloud dan aplikasi cloud-native secara luas, permukaan serangan API juga turut meluas dan lebih rentan terhadap eksploitasi. Komputasi edge mungkin menjadi ‘medan pertempuran’ yang potensial, karena rentan terhadap serangan gencar terhadap otak aplikasi yang menjalankan operasional bisnis.”
Sebagai penutup, Houari menekankan bahwa perusahaan harus mengantisipasi ancaman yang terus berkembang dan secara berkala mengukur tingkat keamanan mereka untuk menanggapi ancaman siber yang terus berubah.