AI Dapat Bantu Atasi Pelecehan terhadap Perempuan di Australia
- Danang Wahyu Suryono
- •
- 15 Sep 2020 11.31 WIB
Pemerintah negara bagian New South Wales, Australia, mengatakan 9 dari 10 perempuan Australia pernah mengalami pelecehan di jalan. Selain itu, penelitian di tahun 2018 menunjukkan bahwa 20 persen perempuan di Sydney merasa tidak aman saat berada dalam transportasi umum.
Maka pemerintah New South Wales meminta para peneliti untuk mengajukan berbagai ide yang bisa meningkatkan keselamatan sebagai bagian dari proyek Safety After Dark Innovation Challenge (Tantangan Inovasi Keselamatan Setelah Hari Gelap). Empat ide telah dipilih dari proyek tersebut dan akan diuji coba selama enam bulan ke depan.
Dari empat ide yg dipilih, tim dari University of Wollongong akan mengembangkan suatu perangkat lunak Kecerdasan Buatan (artificial intelligence) yang akan mempelajari input secara real-time dari kamera-kamera keamanan sehingga dapat memperingatkan operator sewaktu perangkat tersebut mendeteksi aktivitas mencurigakan atau situasi yang tidak aman.
AI tersebut akan dilatih untuk mendeteksi hal-hal yang dapat meresahkan orang lain, seperti perkelahian, gerak-gerik gelisah, orang yang dibuntuti, dan adu mulut atau pertengkaran. Tim University of Wollongong mengklaim bahwa perangkat lunak mereka adalah perangkat pertama di dunia dengan kemampuan tersebut, dan bahwa mereka benar-benar menguji kemampuan teknologi.
Peneliti perencana transportasi, Elizabeth Muscat, juga mengembangkan algoritme yang membuat jalur aman bagi perempuan yang bepergian.
"Ini akan memberi perempuan kesempatan untuk mengambil pilihan-pilihan rute yang lebih baik berdasarkan informasi yang mereka miliki. Jadi, mungkin mereka akan memilih mengambil rute yang memberi mereka pengawasan pasif dalam level yang lebih tinggi, atau, yang berarti akan ada banyak orang di sekitarnya, atau tempat usaha yang buka, pencahayaan baik di lokasi itu. Produk akhirnya bisa berupa aplikasi ponsel di mana perempuan, di ponsel mereka sendiri, dapat memiliki aplikasi yang mirip dengan Google Maps atau aplikasi pencari rute lainnya di mana mereka dapat memilih rute yang mereka inginkan untuk pulang ke rumah," jelas Elizabeth.
Pihak berwenang di New South Wales, negara bagian dengan jumlah penduduk paling padat di Australia, menyatakan jangkauan teknologi ini sangat menarik.