Universitas Bath Manfaatkan IoT dan AI untuk Mengatasi Banjir


Ilustrasi Banjir

Ilustrasi Banjir

Universitas Bath telah meluncurkan inovasi yang revolusioner dalam bentuk solusi Internet of Things (IoT) untuk mengatasi masalah banjir di area perkotaan. Inisiatif ini mengintegrasikan kamera pintar yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan (AI) dalam perangkat lunak yang dinamakan 'AI on The River'. Tujuan utama sistem ini adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi penyumbatan di saluran air, khususnya gorong-gorong, yang seringkali disebabkan oleh puing-puing dan limbah atau sampah yang dibuang dan mengalir dalam gorong gorong.

Gorong-gorong memiliki peran krusial dalam menjaga aliran air di bawah infrastruktur perkotaan. Untuk itu, banyak gorong-gorong dilengkapi dengan saringan sampah yang dirancang untuk mencegah benda-benda asing masuk ke dalam sistem. Namun, jika saringan ini mengalami penyumbatan, risiko terjadinya banjir akan meningkat dengan cepat. Di sinilah teknologi IoT berperan penting, menawarkan pemantauan yang lebih efisien serta sistem peringatan yang bersifat proaktif, sehingga dapat mengurangi risiko bencana.

Sistem ini menarik perhatian global, terutama di negara-negara seperti Afrika Selatan, di mana keterbatasan data sering kali menghambat pengembangan teknologi serupa. Dr. Andrew Barnes, seorang dosen di Departemen Ilmu Komputer Universitas Bath, menjelaskan bahwa mereka telah mengembangkan sistem yang fleksibel dan dapat diskalakan. Hal ini berarti sistem ini dapat diterapkan di hampir semua lokasi, memberikan potensi besar dalam penanganan banjir di berbagai konteks geografis.

Pengujian sistem ini telah dilakukan di Cardiff, dan hasilnya sangat menjanjikan, dengan tingkat akurasi hampir 90% dalam mendeteksi potensi penyumbatan. Sebelumnya, pemantauan gorong-gorong dilakukan secara manual melalui CCTV, yang tentunya memerlukan intervensi dari manusia secara berkelanjutan. namun dengan menggunakan teknologi IoT, model yang dikembangkan memungkinkan deteksi masalah secara otomatis dan lebih awal.

Dr. Barnes menekankan sifat proaktif dari model berbasis IoT ini: "Kami dapat mengembangkan sistem yang efisien dalam menangkap dan mengidentifikasi penyumbatan sebelum mereka berkembang menjadi masalah yang lebih besar." Integrasi antara IoT dan AI memungkinkan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dengan lebih baik, fokus pada isu-isu yang benar-benar mendesak, dan meningkatkan kemampuan tanggap darurat.

Sistem ini juga memberikan keuntungan tambahan dari segi keselamatan. Dengan meminimalkan intervensi langsung di lapangan, tim dapat menghindari risiko yang terkait dengan bekerja dalam kondisi berbahaya saat banjir terjadi. Dr. Thomas Kjeldsen dari Pusat Desain dan Rekayasa Regeneratif menambahkan, "Perubahan iklim berarti risiko banjir semakin meningkat. Inovasi ini membuka potensi untuk sistem manajemen banjir yang ringan dan hemat biaya di wilayah perkotaan."

Dalam konteks perubahan iklim yang berdampak luas, penelitian ini menandai kemajuan signifikan dalam pengelolaan tantangan air perkotaan. Fleksibilitas yang ditawarkan oleh sistem ini membuka jalan untuk pendekatan yang lebih berkelanjutan dan cerdas dalam prakiraan banjir. Ini menetapkan tolok ukur baru untuk aplikasi IoT dalam infrastruktur kota, memberikan harapan untuk pengembangan solusi yang lebih efektif dan responsif terhadap kondisi cuaca yang ekstrem.

Studi terkait yang berjudul 'Klasifikasi penyaring sampah yang tersumbat berbasis Citra CCTV' telah diterbitkan dalam Jurnal Manajemen Risiko Banjir dan didukung oleh Dewan Penelitian Ilmu Pengetahuan Teknik dan Fisika (EPSRC). Secara keseluruhan, inovasi dari Universitas Bath ini bukan hanya solusi untuk masalah yang mendesak, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi penelitian dan pengembangan teknologi di masa depan. Dengan menggunakan IoT sebagai landasan, diharapkan kota-kota dapat lebih siap dalam menghadapi potensi risiko banjir, menjaga keselamatan masyarakat, dan melindungi infrastruktur yang ada.


Bagikan artikel ini

Video Terkait