Startup AI Ciptakan Superkomputer untuk Wujudkan Teknologi AGI


Ilustrasi Artificial General intelligence (AGI)

Ilustrasi Artificial General intelligence (AGI)

Dalam beberapa bulan mendatang, startup AI SingularityNet akan meluncurkan "jaringan komputasi kognitif multilevel". Jaringan ini bertujuan untuk menampung dan melatih model-model yang akan menjadi fondasi bagi Artificial General Intelligence (AGI), yang diharapkan dapat menyamai atau bahkan melampaui kemampuan kognisi manusia.

Pencapaian AGI sering kali dianggap sebagai langkah besar berikutnya dalam evolusi AI. Saat ini, model-model mutakhir seperti GPT-4o dan Gemini 1.5 Pro memang terbukti andal dan mampu menjalankan berbagai tugas di tingkat manusia super. Namun, model-model ini memiliki keterbatasan, yaitu ketidakmampuan untuk menerapkan keterampilan mereka di berbagai disiplin ilmu. Sementara itu, AGI, yang masih berstatus teoritis, diharapkan akan bebas dari batasan-batasan tersebut serta mampu bernalar dan belajar secara mandiri, terlepas dari jenis tugas yang dihadapinya.

Sesuai dengan laporan dariDigital Trends (14/8), SingularityNet sedang berupaya membangun infrastruktur komputasi yang diperlukan untuk melatih dan menerapkan sistem ini dengan memanfaatkan komponen-komponen teknologi tercanggih yang tersedia di pasar. Superkomputer modular yang dikembangkan oleh startup ini akan menggunakan GPU Nvidia L40S, prosesor AMD Instinct dan Genoa, serta rak server Tenstorrent Wormhole yang didukung oleh GPU Nvidia H200. Selain itu, sistem Blackwell GB200 milik Nvidia yang memiliki daya lebih dari 1.500 W juga akan turut digunakan. Arsitektur superkomputer berbeda dari konfigurasi desktop konvensional. Superkomputer ini terdiri dari berbagai set prosesor, baik CPU maupun GPU, yang dirakit menjadi node-node individual. Node-node tersebut kemudian dirangkai secara massal, menghasilkan susunan yang terdiri dari puluhan ribu unit, membentuk superkomputer yang komprehensif.

“Superkomputer ini akan menjadi terobosan dalam transisi menuju AGI. Pendekatan AI neural-simbolis yang baru dikembangkan oleh tim AI SingularityNET dapat mengurangi kebutuhan akan data, pemrosesan, dan energi dibandingkan dengan jaringan neural standar. Namun, kami tetap memerlukan fasilitas superkomputer yang signifikan,” ungkap CEO SingularityNET, Ben Goertzel. “Misi dari mesin komputasi yang kami kembangkan adalah untuk memenuhi transisi dari pembelajaran berdasarkan data besar dan reproduksi konteks memori semantik jaringan neural menuju pemikiran mesin yang independen. Ini dilakukan dengan algoritma penalaran multi-langkah dan pemodelan dunia yang dinamis.”

Perusahaan tersebut berencana untuk memberikan akses publik ke superkomputer yang akan sepenuhnya beroperasi pada akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025, dengan menggunakan sistem berbasis token. Pengguna dapat membeli token, mirip dengan cara mereka bermain di arena game arcade, dan kemudian memanfaatkan token tersebut untuk mendapatkan sejumlah kesempatan berinteraksi dengan sistem. Data yang dihasilkan dari interaksi ini akan dimasukkan kembali ke dalam sistem untuk mendukung penelitian dan pengembangan AGI lebih lanjut.

SingularityNet bukan satu-satunya entitas yang berlomba-lomba untuk menciptakan dan menerapkan AGI pertama. Dalam kompetisi yang semakin ketat ini, berbagai perusahaan teknologi raksasa, lembaga penelitian, dan bahkan startup kecil berbondong-bondong menginvestasikan sumber daya yang signifikan ke dalam bidang ini. Salah satu prinsip dasar bagi OpenAI adalah mengembangkan AGI dengan aman dan bertanggung jawab, berkomitmen untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat digunakan demi kebaikan umat manusia. Melalui penelitian yang kolaboratif dan keterlibatan dengan para ahli di berbagai disiplin ilmu, OpenAI berupaya menciptakan sistem yang tidak hanya cerdas, tetapi juga etis.

Di sisi lain, Mark Zuckerberg dari Meta telah mengambil langkah berani dengan menginvestasikan lebih dari $10 miliar dalam penelitian dan pengembangan AGI untuk perusahaannya. Dengan visi untuk menjadikan dunia digital lebih interaktif dan terhubung, Meta berusaha untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam platform sosialnya dan berbagai layanan lainnya. Namun, investasi besar ini tidak lepas dari kontroversi dan pertanyaan mengenai dampak sosial dan etika yang mungkin timbul dari penerapan AGI. Dalam upaya mencapai tujuan ambisius ini, Zuckerberg dan timnya harus mempertimbangkan tantangan yang kompleks dan beragam yang berkaitan dengan privasi, keamanan, dan keadilan dalam teknologi yang sedang berkembang pesat ini


Bagikan artikel ini

Video Terkait