Red Hat : Cloud dan AI Warnai Transformasi Bisnis di Asia Pasifik


Logo Red Hat

Logo Red Hat

Asia Pasifik kini memasuki era dominasi teknologi cloud, dengan 85% pemimpin bisnis melaporkan adopsi teknologi ini, menurut laporan Economist Impact untuk Red Hat. Jepang memimpin dalam adopsi cloud dengan 87% eksekutif yang menyatakan penggunaan penuh cloud computing. Singapura juga menunjukkan tingkat adopsi yang tinggi, mencapai 68%.

Namun, adopsi teknologi lain seperti artificial intelligence (AI), terutama AI generatif, masih berada pada tahap awal di sebagian besar organisasi Asia Pasifik. Sebagian besar pemimpin bisnis di Singapura (70%) mengakui kendala utama dalam mengadopsi AI generatif adalah kurangnya SDM dengan keterampilan yang diperlukan.

Di sisi lain, China terlihat memimpin dalam adopsi AI, dengan 40% pemimpin bisnis menyatakan organisasinya berada di tahap awal pengadopsian, melihat peningkatan produktivitas yang maksimal.

Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya SDM yang terampil, menjadi risiko terbesar bagi 77% organisasi di Asia Pasifik. Pemimpin bisnis merespons dengan memprioritaskan strategi, termasuk membuat perkiraan untuk performa bisnis dalam skenario merugi dan optimis (54%), fokus kembali pada supply chain (46%), dan pemangkasan biaya operasional (45%).

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa para pemimpin bisnis di Asia Pasifik menilai kolaborasi, kelincahan dalam berpikir, dan kerendahan hati sebagai sifat kepemimpinan yang sangat penting dalam menghadapi disrupsi ekonomi dan teknologi.

Marjet Andriesse, Senior Vice President & General Manager, APJC, Red Hat, menyatakan keyakinan bahwa daya tahan ekonomi di Asia Pasifik tetap kuat, dan Red Hat siap mendukung pelanggan menghadapi tantangan masa depan. “Saat perusahaan ingin meningkatkan kesiapan mereka di masa depan menghadapi pertumbuhan dan transformasi, kami di Red Hat bersemangat untuk mendukung pelanggan kami menghadapi berbagai hal yang akan datang sehingga mereka bisa membuka potensi di dunia,” ujarnya.

“Di seluruh wilayah Asia Pasifik, tantangan ekonomi secara negatif berdampak terhadap profitabilitas sebagian besar perusahaan. Merespon hal tersebut, banyak perusahaan ingin meningkatkan produktivitas dengan memprioritaskan investasi di area-area seperti cloud computing, platform data dan generative AI. Namun implementasinya tidak mudah karena mereka bergumul dengan biaya investasi yang dibutuhkan dan keterampilan digital di tengah semakin banyaknya kekhawatiran mengenai keamanan siber,” ujar Charles Ross, Principal of Policy & Insights, Economist Impact


Bagikan artikel ini

Video Terkait