Hadapi Persaingan Ketat, Raksasa AI Tiongkok Serbu Pasar Global


Artificial Intelligence

Artificial Intelligence

Pengembang aplikasi artificial intelligence (AI) di Tiongkok semakin gencar mengincar pasar internasional seiring dengan meningkatnya persaingan di dalam negeri. Kondisi ini memaksa perusahaan-perusahaan teknologi besar dan rintisan untuk mencari peluang baru di luar negeri. Meskipun ratusan large language models (LLM) dan aplikasi terkait telah diluncurkan di Tiongkok, meyakinkan pengguna lokal, baik korporat maupun konsumen, untuk membayar layanan ini menjadi tantangan tersendiri. Hal ini mendorong sejumlah perusahaan untuk memperluas pasar mereka ke luar negeri guna mengimbangi ketatnya kompetisi di pasar domestik.

Menurut penelitian terbaru dari Unique Capital, dari 1.500 perusahaan AI yang aktif di seluruh dunia, 103 berasal dari Tiongkok dan sebagian besar telah memulai ekspansi ke pasar internasional. Salah satu contoh perusahaan besar yang sudah melakukan ekspansi adalah Alibaba Group Holding. Perusahaan ini meluncurkan SeaLLMs, sebuah model AI yang dirancang khusus untuk pasar Asia Tenggara. Langkah ini sejalan dengan bisnis e-commerce dan komputasi awan Alibaba di kawasan tersebut. Alibaba juga memiliki South China Morning Post, sebuah surat kabar terkemuka di Hong Kong.

ByteDance, perusahaan di balik aplikasi populer TikTok, juga telah meluncurkan beberapa aplikasi berbasis AI yang ditujukan untuk pasar global. Di antaranya adalah AI homework helper Gauth, aplikasi karakter interaktif AnyDoor dan platform bot AI Coze. Selain itu, Minimax, salah satu perusahaan rintisan AI terkemuka di Tiongkok, telah memperkenalkan Talkie AI untuk pengguna internasional.

Industri AI Tiongkok melihat pasar luar negeri sebagai ladang subur untuk pertumbuhan di tengah persaingan ketat di dalam negeri. Ryan Zhang Haoran, salah satu pendiri Motiff, perusahaan yang mengembangkan alat desain antarmuka pengguna berbasis AI, mengungkapkan bahwa pengguna internasional cenderung lebih bersedia membayar untuk perangkat lunak dan memberikan umpan balik yang bernilai. Sejak awal, Motiff telah fokus pada peluang bisnis baik di dalam maupun luar negeri. Platform mereka, yang mendukung kolaborasi tim serta desain dan pembuatan yang dibantu AI, dengan cepat mendapatkan pengguna di Amerika Serikat, Jepang, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Harga layanan Motiff sekitar 20 persen dari harga Figma, yang saat ini menjadi pemimpin pasar.

Kunlun Tech, perusahaan yang berbasis di Beijing dan merupakan operator peramban web Opera serta mantan pemilik aplikasi kencan Grindr, juga merupakan salah satu perusahaan yang merambah pasar internasional. Fang Han, CEO Kunlun Tech, mengatakan bahwa meskipun persaingan di luar negeri semakin ketat karena banyaknya perusahaan Tiongkok yang masuk ke pasar global, perusahaan terus berinovasi. Kunlun Tech baru-baru ini meluncurkan beberapa aplikasi berbasis AI, termasuk layanan streaming musik Melodio, platform kreasi musik bertenaga AI bernama Mureka, dan SkyReels, sebuah platform untuk pembuatan drama pendek.

Perusahaan-perusahaan ini juga dihadapkan pada tantangan tambahan, yaitu ketegangan politik antara Washington dan Beijing yang memperlebar kesenjangan teknologi, terutama di sektor semikonduktor dan AI. Beberapa perusahaan, seperti HeyGen yang berbasis di Shenzhen, memutuskan untuk berpindah ke luar negeri guna menghindari pengawasan ketat dari kedua negara. HeyGen bahkan meminta para investor Tiongkoknya untuk menarik investasi mereka agar dapat bekerja sama dengan mitra-mitra AS.

Di sisi lain, perusahaan seperti Motiff tetap mempertahankan produk mereka yang konsisten di seluruh dunia namun menyesuaikan infrastruktur mereka sesuai dengan pasar yang berbeda. Mereka menggunakan berbagai model sumber terbuka dan layanan cloud untuk menyesuaikan dengan regulasi dan kebutuhan pasar internasional.

Fang dari Kunlun Tech menekankan bahwa perusahaan Tiongkok masih menghadapi tantangan dalam pengembangan chip dan daya komputasi. Namun, perusahaan-perusahaan ini telah unggul dalam mengembangkan aplikasi yang berorientasi pada konsumen dan memiliki kepekaan yang tajam dalam hal komersialisasi. Misalnya, aplikasi Mureka memungkinkan pengguna untuk membayar akses ke perangkat AIGC dan menjual musik yang dihasilkan oleh AI, di mana platform mengambil komisi dari setiap transaksi.

Dengan berbagai inovasi dan strategi yang dilakukan, perusahaan-perusahaan AI Tiongkok tampaknya siap untuk bersaing di pasar global, meskipun tantangan besar tetap ada di depan mata.


Bagikan artikel ini

Video Terkait