Microsoft Luncurkan Superfactory AI Pertama di Dunia
- Rita Puspita Sari
- •
- 24 Nov 2025 09.00 WIB
Gedung Microsoft
Industri kecerdasan buatan tengah bergerak sangat cepat, dan Microsoft kini mengambil langkah besar yang berpotensi mengubah cara dunia membangun serta mengelola pusat data. Dalam sebuah pengumuman terbaru, raksasa teknologi tersebut memperkenalkan konsep baru bernama “superfactory AI”, sebuah pendekatan yang menggabungkan pusat data besar di berbagai wilayah agar dapat bekerja sebagai satu unit komputasi raksasa. Konsep ini bukan sekadar penyempurnaan infrastruktur cloud, tetapi sebuah lompatan besar menuju sistem komputasi skala planet.
Menghubungkan Dua Pusat Data Raksasa Menjadi Satu Mesin AI
Microsoft mengungkapkan bahwa mereka telah berhasil menghubungkan pusat data miliknya di Wisconsin dan Atlanta, yang letaknya terpisah sekitar 700 mil dan melewati lima negara bagian. Keduanya disatukan melalui jaringan serat optik berkecepatan tinggi. Hasilnya? Dua fasilitas besar ini kini dapat beroperasi layaknya satu sistem terpadu.
Langkah ini menandai kelahiran pertama dari apa yang disebut Microsoft sebagai superfactory AI skala planet. Fasilitas ini dibangun dengan satu tujuan utama: melatih dan menjalankan model AI generasi terbaru secara real time di banyak lokasi sekaligus.
Jika pusat data cloud biasa bekerja mengelola jutaan aplikasi berbeda untuk berbagai pelanggan, superfactory AI dirancang untuk melakukan hal yang jauh lebih berat: menjalankan satu beban kerja AI raksasa yang dibagi secara efisien di beberapa pusat data dalam waktu bersamaan.
Di Balik Kapasitas Besarnya: Ratusan Ribu GPU Terhubung Lewat AI-WAN
Setiap fasilitas dalam jaringan superfactory ini diisi oleh ratusan ribu GPU Nvidia — komponen yang menjadi otak di balik pelatihan model AI generasi terkini. GPU tersebut dihubungkan melalui arsitektur jaringan berkecepatan tinggi bernama AI-Wide Area Network (AI-WAN).
AI-WAN adalah jaringan yang dirancang untuk memungkinkan GPU di berbagai pusat data berkolaborasi tanpa terasa seperti terpisah jarak ratusan mil. Dengan jaringan ini, pembagian tugas komputasi dapat dilakukan secara real time sehingga proses pelatihan dan inferensi AI menjadi lebih cepat dan efisien.
Desain Baru: Pusat Data Dua Lantai dan Pendinginan Cair Tertutup
Untuk mendukung kebutuhan komputasi yang masif, Microsoft menerapkan desain pusat data baru berbentuk dua lantai. Desain ini bukan sekadar soal estetika, melainkan strategi untuk menempatkan GPU dalam kepadatan yang lebih tinggi sambil tetap menjaga efisiensi kerja.
Tantangan terbesar dari penempatan GPU dalam jumlah besar adalah panas yang dihasilkan. Untuk itu, Microsoft mengandalkan sistem pendingin cair tertutup (closed-loop liquid cooling). Teknologi ini memungkinkan suhu tetap stabil meski perangkat bekerja dengan beban ekstrem, sekaligus mengurangi latensi dan meningkatkan performa.
Kapabilitas Superfactory: Menggabungkan Daya, Mengatur Beban, dan Mendukung AI Masa Depan
Dengan menghubungkan berbagai pusat data lintas wilayah, Microsoft bisa menggabungkan kapasitas komputasi yang tersebar menjadi satu “kolam daya” besar. Hal ini memberi beberapa keuntungan strategis:
- Beban kerja dapat dialihkan secara dinamis sesuai kondisi jaringan dan kebutuhan komputasi.
- Distribusi daya lebih merata, sehingga tidak membebani satu wilayah saja.
- Ketergantungan pada satu sumber energi dapat dikurangi, meningkatkan keandalan sistem.
Superfactory ini nantinya akan digunakan untuk melatih dan menjalankan model AI paling canggih, termasuk model dari OpenAI, serta model internal Microsoft sendiri.
Persaingan Infrastruktur AI Makin Panas
Langkah Microsoft ini menunjukkan bahwa perlombaan infrastruktur AI global berada di fase paling agresif. Pada kuartal terakhir saja, Microsoft menghabiskan lebih dari $34 miliar untuk belanja modal — sebagian besar untuk pembangunan pusat data dan pembelian GPU.
Microsoft bukan satu-satunya pemain besar.
- Amazon sedang mengembangkan kompleks pusat data masif bernama Project Rainier di Indiana, yang terdiri dari tujuh gedung di area seluas 1.200 acre.
- Google, Meta, OpenAI, dan Anthropic juga berlomba membangun fasilitas dan sistem baru dengan nilai investasi ratusan miliar dolar.
Infrastruktur inilah yang akan menjadi fondasi bagi AI generasi berikutnya — mulai dari model multimodal super besar hingga layanan AI yang akan digunakan jutaan orang setiap hari.
Apakah Ini Akan Menjadi Gelembung Teknologi Baru?
Beberapa analis dan investor mulai membandingkan gelombang pembangunan infrastruktur AI ini dengan gelembung teknologi sebelumnya. Kekhawatiran utamanya sederhana:
Apakah perusahaan akan benar-benar mendapatkan nilai bisnis dari AI dalam waktu dekat?
Jika tidak, investasi raksasa ini bisa menjadi beban yang tidak mudah dipulihkan.
Namun, Microsoft, Amazon, dan perusahaan besar lainnya bersikeras bahwa permintaan terhadap komputasi AI benar-benar nyata, bukan sekadar spekulasi. Mereka menunjukkan bukti berupa kontrak jangka panjang dari berbagai perusahaan yang sudah merencanakan penggunaan AI dalam operasional mereka.
Jika pendekatan ini berhasil, kita sedang melihat lahirnya generasi baru pusat data — bukan sekadar gudang server, melainkan ekosistem komputasi tingkat planet yang dirancang khusus untuk era kecerdasan buatan.
