Meta Terpaksa Tunda Pelatihan AI Di Uni Eropa
- Abd. Rofik Budin
- •
- 15 Jun 2024 09.08 WIB
Meta, mengumumkan bahwa mereka menunda rencana untuk melatih large language models (LLM) perusahaan dengan menggunakan konten publik yang dibagikan oleh pengguna dewasa di Facebook dan Instagram di Uni Eropa. Penundaan ini terjadi setelah adanya permintaan dari Data Protection Commission Irlandia (DPC). Keputusan ini menjadi langkah signifikan dalam pengembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) di wilayah tersebut, terutama terkait penggunaan data pribadi tanpa persetujuan eksplisit dari pengguna.
Meta mengungkapkan kekecewaannya atas penundaan ini, dengan menyatakan bahwa mereka telah mempertimbangkan umpan balik dari regulator dan otoritas perlindungan data di Uni Eropa. Perusahaan merasa bahwa rencana mereka untuk menggunakan data pengguna untuk melatih model AI sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun, tekanan dari regulator memaksa mereka untuk menghentikan sementara rencana tersebut.
Isu utama yang menjadi sorotan adalah rencana Meta untuk menggunakan data pribadi dalam melatih model AI mereka tanpa meminta persetujuan eksplisit dari pengguna. Meta lebih memilih untuk mengandalkan dasar hukum 'Kepentingan yang Sah' dalam memproses data, baik dari pihak pertama maupun ketiga. Rencana ini dijadwalkan mulai berlaku pada 26 Juni, di mana sebelumnya perusahaan mengizinkan pengguna untuk memilih keluar jika tidak ingin data mereka digunakan. Meskipun demikian, Meta sudah menerapkan penggunaan konten buatan pengguna untuk melatih AI di wilayah lain, seperti Amerika Serikat.
Stefano Fratta, direktur keterlibatan global kebijakan privasi Meta, mengekspresikan bahwa penundaan ini merupakan langkah mundur bagi inovasi dan persaingan dalam pengembangan AI di Eropa. Ia menambahkan bahwa Meta sangat percaya diri bahwa pendekatan mereka sesuai dengan regulasi yang berlaku di Uni Eropa. Fratta juga menekankan pentingnya menggunakan informasi lokal yang beragam untuk melatih model AI agar dapat memberikan pengalaman yang optimal bagi pengguna di wilayah tersebut.
Fratta juga menyinggung bahwa Meta tidak dapat membawa teknologi AI mereka ke Eropa tanpa melibatkan data lokal yang mencakup variasi bahasa, geografis, dan referensi budaya. Menurutnya, tanpa data ini, AI yang dikembangkan akan memberikan "pengalaman kelas dua" bagi pengguna Eropa. Selain itu, Fratta menyatakan bahwa Meta berkomitmen untuk bekerja sama dengan DPC dan regulator lainnya untuk memastikan bahwa alat AI dapat dibawa ke Eropa dengan memenuhi semua persyaratan hukum.
Sementara itu, DPC menyatakan bahwa penundaan ini juga membantu mereka dalam menanggapi permintaan dari regulator Inggris, Information Commissioner's Office (ICO), sebelum pelatihan model AI dimulai. Stephen Almond, direktur eksekutif risiko regulasi di ICO, menekankan bahwa kepercayaan publik terhadap penghormatan terhadap hak privasi mereka adalah kunci untuk memaksimalkan manfaat AI generatif. ICO akan terus memantau pengembang AI, termasuk Meta, untuk memastikan perlindungan yang memadai bagi hak-hak informasi pengguna di Inggris.
Penundaan Meta ini terjadi di tengah pengajuan keluhan oleh organisasi nirlaba Austria, None of Your Business (NOYB), di 11 negara Eropa. Keluhan ini menuduh Meta melanggar Peraturan Perlindungan Data Umum atau General Data Protection Regulation (GDPR) dengan mengumpulkan data pengguna tanpa persetujuan yang jelas untuk mengembangkan teknologi AI yang tidak ditentukan dan berbagi data tersebut dengan pihak ketiga.
Max Schrems, pendiri noyb, mengkritik Meta dengan menyatakan bahwa perusahaan tersebut bertindak seolah-olah mereka bisa menggunakan "data apa pun dari sumber mana pun untuk tujuan apa pun dan menyediakannya bagi siapa pun di dunia," selama itu dilakukan melalui 'teknologi AI'. Schrems juga menekankan bahwa Meta tidak transparan dalam menjelaskan bagaimana data tersebut akan digunakan, yang menimbulkan kekhawatiran terkait penggunaan data yang tidak jelas, termasuk potensi untuk iklan yang sangat agresif atau bahkan teknologi militer.
Noyb juga menyebut bahwa Meta dapat meluncurkan teknologi AI di Eropa jika mereka bersedia meminta persetujuan eksplisit dari pengguna, namun tampaknya perusahaan menghindari hal tersebut. Meta, menurut noyb, lebih memilih untuk tidak pernah mendapatkan persetujuan yang diperlukan untuk memproses data pengguna.
Perkembangan ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan teknologi besar dalam mengimplementasikan teknologi AI di Eropa, di mana regulasi privasi yang ketat seperti GDPR menjadi hambatan yang signifikan. Meta kini harus berhadapan dengan regulator dan memastikan bahwa rencana mereka sesuai dengan standar privasi yang tinggi di wilayah tersebut.