Indonesia Siap Atasi Tantangan AI dengan Tata Kelola Global


Ilustrasi Artificial Intelligence 4

Ilustrasi Artificial Intelligence

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menawarkan peluang besar bagi Indonesia dalam upaya mengatasi kesenjangan digital dan meningkatkan efisiensi ekonomi di berbagai sektor. Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menegaskan bahwa saat ini Pemerintah Indonesia sedang berupaya keras untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap Tata Kelola AI Global. Langkah ini diambil untuk mengatasi berbagai tantangan yang muncul seiring dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi AI yang semakin pesat.

Menurut Budi Arie Setiadi, pengembangan AI saat ini didominasi oleh negara-negara di belahan bumi utara atau yang dikenal dengan istilah Global North. Dominasi ini, di satu sisi, memberikan peluang besar bagi negara-negara di belahan bumi selatan atau Global South, termasuk Indonesia, untuk memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut. Namun, di sisi lain, dominasi ini juga menimbulkan berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh negara-negara di Global South.

Dalam pidatonya di acara IBM AI Summit Indonesia yang berlangsung di The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Jakarta Selatan, Budi Arie menyatakan bahwa terdapat beberapa tantangan utama yang perlu diantisipasi oleh Indonesia dan negara-negara lain di Global South. Tantangan pertama adalah keterbatasan infrastruktur dan pendanaan untuk pengembangan AI di dalam negeri. Infrastruktur yang masih belum memadai dan minimnya pendanaan menjadi hambatan besar dalam pengembangan AI di Indonesia.

Tantangan kedua adalah terkait dengan transfer pengetahuan atau transfer of knowledge dari negara-negara pengembang AI ke negara-negara pengguna seperti Indonesia. Proses transfer pengetahuan ini sering kali tidak berjalan optimal karena berbagai kendala, seperti perbedaan tingkat kemajuan teknologi, keterbatasan akses terhadap teknologi terbaru, dan kurangnya kerjasama internasional yang efektif.

Selain itu, kolaborasi antarnegara di Global South juga menjadi tantangan tersendiri. Kerjasama yang kuat antarnegara di wilayah ini sangat diperlukan untuk mempercepat pengembangan dan penerapan AI yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Budi Arie menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi antarnegara di Global South untuk mengatasi tantangan ini.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika mendorong penerapan tiga prinsip utama dalam Tata Kelola AI Global. Prinsip pertama adalah safe, yang menekankan pentingnya memastikan keselamatan dan keamanan bagi para pengembang, pengguna, serta pihak yang terlibat dalam proses penerapan AI. Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul dari penggunaan AI, seperti kesalahan dalam algoritma, penyalahgunaan data, atau dampak negatif lainnya.

Prinsip kedua adalah ethical, yang berkaitan erat dengan privasi dan perlindungan data. Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga privasi pengguna dan memastikan bahwa data yang digunakan dalam pengembangan AI diperlakukan dengan etika yang tinggi. Selain itu, prinsip ethical juga mengharuskan pengembangan AI untuk berorientasi pada kepentingan manusia, menjunjung tinggi keadilan, serta mencegah diskriminasi dalam segala bentuknya.

Prinsip ketiga adalah trustworthy, yang berarti bahwa sistem AI harus dapat dipercaya, diandalkan, dan dipertanggungjawabkan. Pengguna AI harus yakin bahwa teknologi ini dapat memberikan hasil yang akurat dan konsisten, serta bahwa penggunaannya tidak akan merugikan pihak manapun. Selain itu, prinsip ini juga menekankan pentingnya menjaga privasi dalam setiap penggunaan AI, sehingga data pribadi pengguna tetap aman dan tidak disalahgunakan.

Menteri Budi Arie Setiadi juga menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pengembangan AI di berbagai sektor di tanah air. Pemerintah, menurutnya, tengah berupaya untuk mewujudkan Tata Kelola AI yang komprehensif, dengan fokus pada kebijakan yang mendukung terciptanya ekosistem AI yang aman, produktif, dan inovatif. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pengembangan AI yang lebih inklusif dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat Indonesia.

Dalam acara IBM AI Summit Indonesia tersebut, hadir pula sejumlah tokoh penting di bidang teknologi, seperti Direktur Utama IBM Indonesia Roy Kosasih, Vice President of IBM ASEAN Catherine Yan, Executive Chairman of IBM Indonesia Umar Fadli Anwar, dan Direktur Technology & Operations BNI 46 Toto Prasetio. Kehadiran para pemimpin ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam memajukan teknologi AI di Indonesia.

Secara keseluruhan, pengembangan AI di Indonesia menghadapi tantangan besar, namun juga menawarkan peluang yang tidak kalah besar. Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah dan dukungan dari sektor swasta, Indonesia memiliki potensi untuk menjembatani kesenjangan digital, meningkatkan efisiensi ekonomi, dan menjadi pemain utama dalam teknologi AI di kawasan Asia Tenggara.


Bagikan artikel ini

Video Terkait