IBM Atasi Deepfake dengan Fokus Atur Risiko, Bukan Algoritma AI
- Rita Puspita Sari
- •
- 25 Mar 2024 16.27 WIB
Deepfake, sebuah fenomena yang meresahkan dan memicu ketakutan di tengah masyarakat global, menjadi sorotan utama dalam upaya penanggulangan risiko AI. IBM, sebagai pemimpin dalam bidang teknologi dan inovasi, telah menyuarakan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi deepfake. Berbeda dengan upaya sebelumnya yang cenderung berfokus pada pengaturan algoritma AI, IBM menekankan perlunya mengatur risiko sebagai langkah kunci dalam menanggulangi deepfake.
Mengutip acara IBM ASEAN AI Masterclass, Christina Montgomery, VP & Chief Privacy and Trust Officer IBM, menyatakan bahwa deepfake merupakan salah satu tantangan terbesar yang harus segera ditangani. Kasus-kasus yang melibatkan deepfake seperti video manipulatif Presiden Joko Widodo yang menggunakan bahasa Mandarin, serta kasus serupa di Amerika Serikat dengan Presiden Joe Biden, menjadi titik awal pemicu kesadaran akan urgensi penanganan deepfake.
Deepfake merupakan hasil manipulasi audiovisual yang dibuat dengan menggunakan teknologi AI generatif. Kemampuan AI ini memungkinkan pembuatnya untuk membuat video atau audio palsu yang sangat sulit dibedakan dari konten asli. Dalam konteks yang lebih luas, deepfake bukan hanya menjadi ancaman bagi privasi individu, tetapi juga dapat digunakan untuk tujuan politik, kejahatan finansial, dan bahkan penyebaran konten pornografi yang merugikan.
Salah satu contoh nyata dampak buruk deepfake adalah kasus di Hong Kong, di mana seorang pekerja keuangan tertipu dan membayar sejumlah besar uang kepada penipu yang menggunakan deepfake. Tidak hanya itu, deepfake juga digunakan untuk mengedit suara Presiden AS dalam Pemilihan Presiden untuk menyesatkan pemilih. Semua ini menunjukkan betapa luasnya dampak negatif deepfake jika tidak ditangani dengan serius.
Dalam menanggapi ancaman deepfake, IBM memberikan pendekatan yang holistik dan komprehensif. Mereka menekankan bahwa mengatur risiko AI lebih efektif daripada mengatur algoritma AI semata. Menurut IBM, ada tiga hal utama yang perlu diprioritaskan oleh para pembuat kebijakan dalam menanggulangi deepfake:
- Perlindungan Pemilu
IBM menyarankan agar para pembuat kebijakan mengeluarkan larangan terhadap penyebaran konten deepfake yang dapat menyesatkan terkait pemilu. Selain itu, pendekatan kebijakan lainnya adalah memberikan hak kepada kandidat yang menjadi sasaran deepfake untuk meminta ganti rugi atau menghapus konten yang menyesatkan.
- Perlindungan Para Kreator
Para pembuat kebijakan harus menegaskan pertanggungjawaban terhadap pembuat deepfake yang tidak sah atas penampilan dan kemiripan dengan kreator asli. Mereka juga harus menuntut pertanggungjawaban platform yang sengaja menyebarkan konten deepfake tanpa izin.
- Perlindungan Privasi Masyarakat
Pembuat kebijakan harus menciptakan kerangka hukum yang kuat untuk menindak orang yang mendistribusikan konten audiovisual intim nonkonsensual, termasuk konten yang dihasilkan AI. Ancaman terhadap privasi masyarakat harus diatasi dengan tegas.
Dalam menjalankan pendekatannya, IBM menekankan bahwa regulasi harus mempertimbangkan konteks di mana AI digunakan dan memastikan bahwa penggunaan AI yang berisiko tinggi diatur dengan ketat. Hal ini menggarisbawahi pentingnya mengatur risiko secara keseluruhan, bukan hanya terfokus pada aspek teknis algoritma AI.
Perlunya Kesadaran dan Kerjasama Global
Upaya penanggulangan deepfake tidak bisa dilakukan secara terpisah. Dibutuhkan kerjasama global antara pemerintah, lembaga regulasi, perusahaan teknologi, dan masyarakat untuk menghadapi ancaman deepfake dengan efektif. IBM sendiri telah melakukan langkah konkret dengan bergabung dalam Munich Tech Accord, sebuah perjanjian teknologi yang bertujuan untuk melawan penggunaan AI untuk penipuan dalam konteks pemilihan umum.
Dalam konteks Indonesia, perhatian terhadap deepfake juga semakin meningkat. Masyarakat dan pemerintah perlu meningkatkan kesadaran akan resiko deepfake serta mengembangkan kerangka regulasi yang sesuai untuk mengatasi masalah ini. Kehati-hatian dalam menyebarkan informasi serta penguatan infrastruktur keamanan cyber juga menjadi langkah penting dalam menjaga ketahanan terhadap ancaman deepfake.
Menghadapi fenomena deepfake yang semakin kompleks dan meresahkan, pendekatan yang komprehensif, holistik, dan berbasis risiko menjadi kunci utama. IBM telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam membangun kesadaran akan risiko deepfake dan mendorong para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang efektif dalam menanggulangi fenomena ini.
Penanganan deepfake tidak hanya menjadi tanggung jawab individu atau perusahaan tertentu, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama untuk menjaga integritas informasi, privasi, dan keamanan digital secara keseluruhan. Dengan kesadaran yang semakin meningkat dan tindakan yang tepat, harapan untuk mengatasi ancaman deepfake secara efektif di masa depan semakin mungkin terwujud.