Facebook Gunakan AI Untuk Berantas Hoax
- Catur Rahmat
- •
- 13 Agt 2020 14.30 WIB
Facebook merupakan layanan jejaring social yang sering digunakan oleh manusia saat ini. Dengan menggunakan Facebook kita dapat membagikan gambar, video, maupun teks pada publik. Saat ini setiap orang dapat mengunggah konten-konten ke layanan jejaring social ini. Oleh karena itu, tak lupa Facebook memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) berperan penting untuk memonitor konten-konten yang beredar di platformnya.
Teknologi AI dapat membantu pihak Facebook dalam tiga bidang utama untuk memonitor konten-konten yang diunggah. Pertama adalah dapat mendeteksi secara proaktif seperti pengembangan yang dilakukan sehingga facebook dapat mendeteksi adanya pelanggaran tanpa melapor pada pengguna lainnya.
"Ini membantu kami mendeteksi konten berbahaya dan mencegahnya dilihat oleh ratusan atau ribuan orang," ujar pihak Facebook, Kamis 13 Agustus 2020.
Kedua, AI membantu Facebook dalam memonitor konten dengan skala yang lebih luas. Jika terdapat konten yang melanggar kebijakannya, maka Facebook akan mengambil keputusan sendiri seperti menghapus konten tersebut.
"Ini membantu menskalakan keputusan konten tanpa mengorbankan keakuratan, sehingga peninjauan kami dapat fokus pada keputusan yang memerlukan lebih banyak keahlian untuk memahami konteks dan nuansa situasi tertentu," kata pihak Facebook.
Pengambilan tindakan pada konten yang identik pun dapat dilakukan seiring otomatisasi AI pada Facebook sehingga tidak perlu dilakukan pengecekan secara manual oleh tim internal Facebook. Berdasarkan pendeteksian konten secara proaktif, Artificial Intelligence juga dapat memprioritaskan konten yang paling penting untuk dilakukan pengecekan, namun AI tidak bisa memutuskan karena memerlukan wawasan yang lebih luas.
"Jika sistem kami hampir yakin bahwa konten melanggar aturan kami, sistem dapat menghapusnya. Jika kurang ada kepastian, maka akan memprioritaskan konten untuk ditinjau oleh tim," ujar pihak Facebook.
Saat ini, Facebook memiliki peran yang sangat penting selama pandemi Covid-19 karena para karyawan bekerja secara daring dan jarak jauh. Hal tersebut yang menyebabkan Facebook menjadi salah satu media penyebaran berita palsu atau hoax, termasuk hoax mengenai Covid-19 ini. Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengidentifikasi dan disinformasi mengenai virus Corona sebanyak 815 hoax yang tersebar di 4 media sosial terkenal, yakni Facebook, Youtube, Instagram, dan Twitter hingga 5 Juni 2020.
"Itulah mengapa sistem peninjauan konten kami membutuhkan orang dan teknologi agar berhasil. Kami akan terus berupaya membuat platform kami seaman mungkin dengan menggabungkan kekuatan manusia dan teknologi untuk menemukan dan menghapus konten yang melanggar secara lebih cepat," tambah pihak Facebook.
Jadi, setiap sistem yang dibuat oleh manusia tidak yang sempurna, termasuk teknologi AI. Sebab, teknologi ini sangat bergantung pada data dari hasil pelatihan yang dilakukan oleh tim sebelumnya untuk mengidentifikasi pola perilaku pengunggah konten serta menemukan konten yang berpotensi melanggar.