Dorong Bali Smart Island, Diskominfo Jalin Kemitraan dengan AWS
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 15 Okt 2021 12.30 WIB
Teknologi setiap harinya semakin berkembang dan melakukan penetrasi terhadap berbagai lanskap bisnis. Terutama pemanfaatan teknologi cloud computing yang mulai banyak diadopsi oleh bisnis, dari UMKM hingga perusahaan besar.
Maka dari itu, sejumlah pemerintah daerah mulai melirik keuntungan yang dapat dihasilkan dari penggunaan layanan cloud computing guna mewujudkan kota pintar atau smart city. Salah satunya, adalah Bali.
Melalui inisiasi Pemerintah Provinsi Bali serta Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik (Diskominfo) Bali, teknologi komputasi awan atau cloud computing dibutuhkan untuk dapat meningkatkan skalabilitas data center konvensional guna mencapai Bali Smart Island.
Pada gelombang pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, Diskominfo Bali membutuhkan solusi untuk dapat mengoptimalkan layanan publik oleh pegawai yang bekerja dari rumah tanpa mengorbankan efektivitas kerja. Maka untuk menjawab tantangan tersebut, Diskominfo mengandalkan layanan cloud dari Amazon Web Services (AWS).
“Berkat AWS, kami mampu melakukan migrasi dari sistem on premise dengan kebutuhan listrik besar ke cloud,” kata Kepala Seksi Aplikasi Informatika Diskominfo Bali Ngurah Udiyana dalam sesi bersama media beberapa waktu lalu, melansir dari Liputan 6, Jumat (15/10/2021).
Selain mengadopsi cloud AWS, Diskominfo Bali juga meluncurkan sistem presensi menggunakan teknologi machine learning (ML) bagi 19.820 pegawai agar bisa melakukan laporan kehadiran secara virtual.
Tidak hanya itu, berbekal teknologi AWS Diskominfo Bali pun dapat memangkas hampir 69 persen biaya untuk sistem presensi per bulannya melalui migrasi ke cloud. Hal ini kemudian membuat dana yang ada dapat digunakan untuk mendukung inovasi maupun pelaksanaan program Bali Smart Island.
“Bukan semata karena teknologinya saja, kami juga memperoleh dukungan langsung dan pelatihan untuk layanan-layanan yang digunakan, dari dasar-dasar mengenai cloud hingga implementasi skalabilitas secara otomatis,” tutur Ngurah Udiyana.
Diskominfo sendiri menjalankan misi Bali Smart Island dengan misi untuk mengkonsolidasikan sumber-sumber daya layanan publik ke dalam sebuah sistem manajemen data teragregasi, serta dapat diakses dengan baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam satu aplikasi.
Sebelum melakukan migrasi ke cloud AWS, Diskominfo Bali menyimpan data di data center setempat yang menimbulkan kendala berupa kondisi pasokan listrik yang tidak bisa diandalkan pada waktu itu.
Selain itu, dengan biaya yang mahal dan kesulitan dalam pengelolaan serta pengembangan skalanya, inovasi menjadi terbatas karena waktu banyak dihabiskan untuk menjaga data center dapat tetap beroperasi di masa itu.
“Saat terjadi kendala dengan pasokan listrik, data center tidak dapat beroperasi dengan baik. Tentu ini berimbas pada penyelenggaraan layanan pada masyarakat,” ungkap Ngurah Udiyana.
AWS kemudian mendukung Diskominfo dengan membangun infrastruktur untuk penyelenggaraan solusi kantor virtual. AWS juga meningkatkan skalabilitas sistem sehingga mampu digunakan secara bersamaan oleh seluruh pegawai di lingkungan pemerintahan Provinsi Bali, termasuk pula tenaga pendidik di 147 sekolah negeri di seluruh provinsi.
Hal ini mengingat tingkat kehadiran serta kinerja menjadi tolak ukur untuk menentukan sistem penggajian pegawai di lingkungan pemerintahan setempat. Pengembangan sistem ini kemudian dapat membantu para guru untuk terus bekerja kapan pun dan di manapun mereka berada.