Dalam era digital yang terus berkembang, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pemanfaatan teknologi. Salah satu langkah signifikan yang diambil adalah pembentukan GovTech Edu, tim yang terdiri dari para ahli kebijakan yang berfungsi sebagai mitra pemikir dalam merancang program-program prioritas kemendikbudristek.
Dalam sebuah webinar yang berjudul "Inovasi Tanpa Batas dengan Cloud: AI, Edge Computing dan Multi Cloud" Riza Ramadan, Kepala Engineering GovTech, menjelaskan bahwa " GovTech bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, industri,publik, organisasi non-pemerintah (NGO), dan kontributor lainnya bersama dengan direktorat jendral untuk menciptakan inisiatif yang relevan dan berdampak".
Di antara berbagai program yang dikembangkan oleh GovTech Edu, salah satu yang paling mencolok adalah platform Merdeka Mengajar. Platform ini dirancang untuk mengatasi berbagai tantangan dalam proses pelatihan guru, khususnya dalam meningkatkan kualitas pengajaran di Indonesia. Sebelum hadirnya Merdeka Mengajar, pelatihan guru di Indonesia sering kali bersifat terpusat dan hanya menjangkau sebagian kecil dari jumlah guru yang ada. Pada tahun 2019, hanya sekitar 600.000 guru yang terlibat, kurang dari 20% dari total kebutuhan. Melalui Merdeka Mengajar, Kemendikbudristek berharap dapat memperluas akses pelatihan dan meningkatkan kualitas pengajaran secara merata di seluruh daerah, termasuk daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Sejak diluncurkan, platform Merdeka Mengajar telah mengalami pertumbuhan pengguna yang sangat pesat. Hingga saat ini, lebih dari 4 juta guru telah menggunakan platform ini, termasuk lebih dari 52% guru di daerah 3T. Platform ini memungkinkan guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar mereka secara mandiri atau dengan dukungan fasilitator, sehingga mereka dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa.
Kehadiran cloud computing di platform ini sangat penting, terutama dalam menghadapi lonjakan pengguna yang signifikan atau fenomena hypergrowth. Antara April 2022 dan Oktober 2023, platform Merdeka Mengajar mencatat lonjakan pengguna hingga sepuluh kali lipat. Di awal pengembangannya, platform ini hanya memerlukan satu mesin virtual, namun dalam waktu kurang dari dua tahun, jumlah tersebut meningkat menjadi 60 mesin. Cloud berfungsi sebagai fondasi untuk menangani masalah pertumbuhan pengguna ini, namun tetap saja dalam implementasinya cloud tidak bisa menjadi satu satunya solusi, perlu banyak penyesuaian dalam pendekatan dan infrastruktur. " Cloud itu necessary but insufficient, maksudnya cloud itu dibutuhkan tapi tidak cukup hanya cloud dalam artian cloud itu tidak secara otomatis menghilangkan masalah di hypergrowth" kata Riza
Salah satu tantangan yang dihadapi pada platform ini adalah masalah scaling appropriately. Di platform mengajar merdeka, jika layanan autentikasi mengalami gangguan, maka seluruh produk yang bergantung pada layanan tersebut juga akan terpengaruh. Untuk mengatasi masalah ini, tim teknologi mengimplementasikan cloud redis sebagai solusi yang lebih dapat diandalkan. Dengan adanya cloud redis dapat menghilangkan ketergantungan terhadap salah satu dependency yaitu layanan autentikasi (auth service) sehingga jika ada gangguan, layanan lain tetap dapat berjalan meskipun tanpa informasi pengguna. Hal ini juga berdampak pada kenaikan uptime yang tadinya 98.5% menjadi 99.0% dengan redis.
Selain itu, pengelolaan biaya infrastruktur juga menjadi perhatian utama. Platform Merdeka Mengajar pada awalnya hanya menggunakan sistem basis konsumsi (consumption based) untuk data warehouse yang mengakibatkan biaya tinggi jika penggunaannya meningkat secara konstan. Seperti penggunaan bigQuery dimana untuk setiap query yang eksekusi akan dikenakan charge atau biaya. Oleh karena itu, tim memutuskan untuk beralih ke model berbasis sumber daya (resource based), yang lebih efisien untuk penggunaan yang tinggi dan berkelanjutan. Seperti mengganti bigQuery tadi dengan salah satu fitur google cloud yaitu allowDB, dimana diallowDB harga yang muncul hanyalah adalah harga untuk fitur-fitur yang dipesan atau yang dinyalakan.
Dalam hal pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), platform Merdeka Mengajar menerapkan teknologi ini untuk meningkatkan operasionalnya. Salah satu contohnya adalah penggunaan machine learning untuk kurasi konten dan pengiriman informasi yang lebih personal. Proses validasi konten yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat dilakukan dengan bantuan AI. Untuk setiap validator-validator yang melakukan tugasnya dalam memvalidasi konten, dengan adanya pemanfaatan AI ini mereka bisa memproses tujuh kali dokumen lebih banyak dan hal ini juga berdampak pada biaya operasional yang lebih terjangkau karena penambahan kurator dilakukan oleh AI dan ML.
AI juga digunakan untuk memberikan rekomendasi konten yang dipersonalisasi bagi guru. Dengan semakin banyaknya konten yang tersedia, sulit untuk melakukan rekomendasi yang akurat. Namun, dengan bantuan AI, platform ini mampu meningkatkan klik rate pada rekomendasi konten hingga 1,5x dibandingkan dengan rekomendasi acak. Hal telah dibuktikan dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim, dimana tim membandingkan rekomendasi AI dengan random rekomendasi dan didapatlah hasil seperti diatas.
Selain itu, Kemendikbudristek juga meluncurkan asisten guru bernama Aru, yang dapat berinteraksi dengan guru mirip dengan cara kerja ChatGPT. Meskipun penggunaannya masih terbatas pada sejumlah guru terpilih, namun respon positif terus mengalir, dan banyak guru lainnya menunjukkan minat untuk menggunakan Aru karena manfaat yang ditawarkannya.
Dengan banyaknya Inisiatif diatas menegaskan bahwa Kemendikbudristek tidak hanya berupaya meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, tetapi juga mengintegrasikan teknologi modern untuk menjawab tantangan pendidikan di Indonesia. Dengan terus berinvestasi dalam cloud dan AI, Kemendikbudristek berupaya untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan guru dan siswa di seluruh Tanah Air. Dan membuktikan juga bahwa pendidikan yang berkualitas dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari lokasi geografis atau latar belakang. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, masa depan pendidikan di Indonesia tampak lebih cerah.