BNI Gunakan AI dalam Memerangi Berita Hoaks Terkait Perbankan
- Mathilda Gian Ayu
- •
- 26 Jul 2022 12.56 WIB
PT Bank Negara (BNI) terus berupaya memerangi penyebaran berita bohong atau hoaks soal perbankan melalui kerja sama dengan berbagai pihak.
Chief Information Security Officer, BNI Andri Medina mengatakan, pihaknya sudah menyediakan satu perangkat untuk melakukan pelaporan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yaitu dengan aduan instansi.
"Kami tentunya mengoptimalkan tools Kominfo tersebut, sehingga berita-berita bohong dapat diredam dan diblokir agar tidak lagi menyebar luas di masyarakat," kata Andri dilansir dari Antara, Minggu (24/7/2022).
Andri menambahkan, pihaknya juga terus menyosialisasikan dan meningkatkan literasi kepada masyarakat agar tidak terpapar hoaks.
"Kami pun memperbanyak sosialisasi dan peningkatan literasi guna meningkatkan semangat masyarakat dalam menyebarkan konten-konten informatif dan berkualitas," tambah dia.
BNI menekankan dua strategi untuk menghadang dan mengatasi hoaks saat ini yakni melalui pengembangan kemampuan tim internal BNI untuk percepatan penanganan setiap kasus-kasus berita hoaks dan penggunaan teknologi.
"Dengan semangat go digital kami menggunakan teknologi guna mendeteksi sekaligus penanganan berita hoaks yang lebih cepat. Ini sangat memungkinkan khususnya dengan bantuan artificial intelligence atau AI," imbuhnya.
Sementara, Plt Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Kominfo, Anthonius Malau memaparkan, dalam satu hari pihaknya bisa menerima berita hoaks hingga 5.000 laporan. Ia pun menyambut baik sinergi bersama dengan BNI untuk menyapu sampah digital di media sosial.
"Kami pun melihat kesadaran masyarakat melaporkan berita hoaks makin meningkat. Semoga ke depannya, lebih banyak masyarakat yang tidak mudah terpengaruh berita tidak benar," kata Anthonius.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut turut berharap kerja sama antar pihak bisa terus terbangun seperti melalui pembuatan komite digital menangkal penyebaran berita hoaks karena daya engage berita hoaks berkali-kali lipatnya ketimbang upaya klarifikasi.
“Daya engage hoaks lebih melesat cepat dalam membuat kerusakan sehingga model klarifikasi konvensional saja tidak cukup,” pungkasnya.