Indonesia Berambisi Menjadi Pemimpin dalam Transformasi AI
- Pabila Syaftahan
- •
- 23 Agt 2024 18.16 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Indonesia tengah bersiap untuk mengambil peran utama dalam era artificial intelligence (AI). Dalam pidato pembukaannya pada acara Sarasehan Nasional: Peluncuran AI Transformation Policy Manifesto yang digelar di Jakarta, Selasa lalu, Airlangga menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu negara terdepan dalam perkembangan AI.
Indonesia saat ini menempati peringkat ke-6 dunia dalam jumlah startup, dengan total 2.646 startup, termasuk 15 Unicorn dan 2 Decacorn. "Pencapaian ini menunjukkan bahwa Indonesia siap untuk menjadi pemain utama di era Artificial Intelligence," ujar Airlangga.
Dengan populasi yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia memiliki pasar yang luas dan potensial bagi industri AI. Berdasarkan laporan Datareportal 2023, terdapat 212 juta pengguna internet di Indonesia dengan tingkat penetrasi internet mencapai 77 persen, serta 167 juta pengguna media sosial dan 353 juta sambungan seluler aktif. Angka-angka ini memperlihatkan betapa besar potensi penerapan AI di Indonesia.
Proyeksi ke depan menunjukkan bahwa penerapan AI di Indonesia dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara. Diperkirakan, AI akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 12 persen atau setara dengan 366 miliar dolar AS pada tahun 2030. Secara global, adopsi AI di sektor industri telah mencapai 56 persen, dan generative AI diperkirakan akan menyumbang hingga 4,4 triliun dolar AS per tahun bagi perekonomian dunia.
Namun, meskipun potensi besar tersebut ada, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengembangan AI. Berdasarkan Global AI Index 2023, Indonesia masih berada di peringkat ke-46 dari 62 negara. Airlangga mengakui bahwa Indonesia perlu meningkatkan infrastruktur digitalnya untuk dapat bersaing dalam era AI ini.
Salah satu tantangan terbesar adalah belum meratanya akses internet di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di luar Pulau Jawa. Kecepatan rata-rata broadband di Indonesia masih relatif rendah, yakni 28,8 Mbps untuk fixed broadband (peringkat ke-8 di ASEAN) dan 24,6 Mbps untuk mobile (peringkat ke-9 di ASEAN).
Pemerintah telah berupaya mengatasi tantangan ini dengan membangun infrastruktur telekomunikasi yang lebih baik. Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah pembangunan jaringan fiber optik Palapa Ring sepanjang 12.100 kilometer, yang menghubungkan 57 kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu, pembangunan BTS di 1.600 titik di seluruh Indonesia serta peluncuran satelit multifungsi Satria-1 juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk memperluas akses internet. Tak hanya itu, pemerintah juga berencana membangun pusat data di Batam, IKN, dan Jabodetabek guna mendukung transformasi digital.
Airlangga juga menyoroti pentingnya pengembangan talenta di bidang teknologi informasi. Diperkirakan, Indonesia akan membutuhkan 9 juta pekerja IT terampil hingga tahun 2030. Meskipun jumlah lulusan TIK terus meningkat, namun permintaan terhadap tenaga kerja di bidang ini tumbuh lebih cepat daripada ketersediaan talenta.
Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan talenta digital melalui berbagai inisiatif, termasuk Program Literasi Digital Nasional "Indonesia Makin Cakap Digital". Program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan digital masyarakat sesuai dengan kebutuhan industri saat ini, seperti Big Data Analysis, Cybersecurity, Internet of Things, Cloud Computing, Artificial Intelligence, hingga Digital Entrepreneurship.
Selain itu, pemerintah juga telah merancang Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Tahun 2020-2045 sebagai arah kebijakan untuk pengembangan teknologi AI di Indonesia. Pada Desember lalu, pemerintah meluncurkan Strategi Nasional Ekonomi Digital yang salah satu pilarnya berfokus pada riset, inovasi, dan pengembangan ekosistem AI yang sehat di Indonesia. Untuk memastikan penerapan AI yang bertanggung jawab, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Etika Kecerdasan Artifisial.
Airlangga menegaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap transformasi digital akan terus ditingkatkan. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah dengan memasukkan anggaran tematik "Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi" sebesar Rp400,3 triliun dalam RAPBN 2025. Anggaran ini mencakup berbagai program penting, termasuk penyediaan akses internet di 36.830 lokasi layanan publik serta operasional satelit multifungsi SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps.
Dengan segala upaya yang dilakukan, Indonesia tampak semakin siap untuk memantapkan posisinya sebagai pemain utama di era kecerdasan artifisial, mendukung transformasi digital nasional yang inklusif dan berkelanjutan.