Zoom Kenalkan Avatar AI Fotorealistik yang Akan Hadir Tahun 2025


Ilustrasi Artificial Intelligence 4

Ilustrasi Artificial Intelligence

Zoom, platform komunikasi yang terkenal, mengumumkan rencana untuk memperkenalkan fitur baru yang menarik: avatar animasi AI fotorealistik. Meskipun fitur ini baru akan diluncurkan tahun depan, banyak yang tertarik mengetahui bagaimana inovasi ini dapat mengubah cara orang berinteraksi secara digital.

Fitur avatar kustom ini, yang diperkenalkan dalam konferensi pengembang tahunan Zoom, akan memungkinkan pengguna merekam video pendek dari diri mereka sendiri yang kemudian akan diubah menjadi klon digital. Avatar ini akan memiliki elemen visual seperti kepala, lengan atas, dan bahu, serta dapat diatur untuk mengucapkan skrip yang ditulis oleh pengguna. Dengan cara ini, Zoom berharap dapat meningkatkan efisiensi komunikasi, terutama dalam situasi yang membutuhkan interaksi cepat.

Smita Hashim, Kepala Produk Zoom, menyatakan bahwa tujuan pengembangan avatar kustom adalah untuk mendukung kolaborasi yang lebih baik di lingkungan kerja. “Avatar menghemat waktu dan usaha pengguna dalam membuat konten video, mempermudah proses komunikasi yang lebih produktif,” ungkap Hashim. Dengan fitur ini, kolaborasi asinkron di mana tidak semua orang harus hadir secara bersamaan diharapkan dapat dilakukan dengan lebih lancar.

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, ada risiko yang perlu diperhatikan terkait penyalahgunaan teknologi deepfake. Beberapa perusahaan telah mengembangkan sistem AI yang mampu “mengkloning” wajah seseorang dan memadukannya dengan suara sintetis yang terdengar alami. Misalnya, Tavus membantu merek menciptakan persona virtual untuk iklan video, sedangkan Microsoft memiliki layanan yang dapat menghasilkan pengganti digital yang meyakinkan.

Meskipun banyak alat ini dilengkapi dengan langkah-langkah pengamanan untuk mencegah penyalahgunaan, seperti memerlukan persetujuan verbal dan izin tertulis dari orang yang terlibat, Zoom belum menjelaskan secara rinci bagaimana mereka akan mengatasi risiko tersebut. Hashim mengungkapkan bahwa Zoom sedang mengembangkan berbagai langkah perlindungan untuk fitur avatar kustom ini, termasuk autentikasi yang lebih canggih dan penandaan air (watermarking) pada konten yang dihasilkan.

“Perusahaan kami berkomitmen untuk terus meninjau dan menambah perlindungan yang diperlukan di masa mendatang,” katanya. “Kami menggunakan teknologi untuk memastikan bahwa klip yang dihasilkan dengan avatar dapat dikenali, dan menjaga integritas konten yang dihasilkan.”

CEO Zoom, Eric Yuan, memiliki visi yang lebih besar untuk menciptakan AI yang dapat menggantikan manusia dalam rapat Zoom, menjawab email, dan menerima panggilan telepon. Namun, peluncuran fitur ini datang pada saat kekhawatiran terhadap penyebaran deepfake di media sosial meningkat, yang semakin mempersulit masyarakat untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang palsu.

Tahun ini, banyak deepfake yang menampilkan tokoh terkenal seperti Presiden Joe Biden, penyanyi Taylor Swift, dan Wakil Presiden Kamala Harris, yang telah mencapai jutaan tayangan di berbagai platform. Baru-baru ini, muncul gambar AI generatif yang menunjukkan kehancuran dan penderitaan manusia, memperburuk masalah disinformasi.

Deepfake juga digunakan untuk menargetkan individu secara langsung, seperti meniru suara atau wajah orang terkasih. Menurut laporan FTC, kerugian terkait penipuan peniruan mencapai lebih dari $1 miliar tahun lalu. Hal ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana Zoom akan mencegah penipuan dan penyalahgunaan teknologi ini?

Meskipun Zoom berkomitmen untuk memperkenalkan avatar kustom, langkah-langkah perlindungan terhadap risiko deepfake masih belum sepenuhnya jelas. Maket yang diperlihatkan oleh Zoom menunjukkan watermark yang terlihat di sudut kanan atas video avatar, tetapi watermark ini dapat dengan mudah dihilangkan menggunakan perangkat lunak perekam layar.

Dengan peluncuran yang direncanakan untuk paruh pertama tahun 2025, Zoom berharap dapat memberikan lebih banyak informasi tentang fitur ini. Sementara itu, ada juga upaya regulasi yang berlangsung untuk mengatasi masalah deepfake. Meski belum ada undang-undang yang mengkriminalisasi deepfake di tingkat federal di AS, lebih dari 10 negara bagian telah memberlakukan peraturan terhadap peniruan yang dibantu oleh AI. Dengan demikian, perlindungan terhadap privasi dan keamanan individu tetap menjadi prioritas utama dalam penggunaan teknologi baru ini.


Bagikan artikel ini

Video Terkait