700 Karyawan TikTok di Malaysia Dipecat, AI Jadi Solusi Baru
- Pabila Syaftahan
- •
- 13 Okt 2024 23.01 WIB
TikTok, platform media sosial yang populer, baru-baru ini mengumumkan pemecatan 700 karyawan di Malaysia, yang sebagian besar berasal dari tim moderasi konten. Keputusan ini menjadi bagian dari langkah restrukturisasi yang lebih luas yang diambil oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya di tengah tantangan global.
Meskipun TikTok mengonfirmasi pemecatan tersebut, mereka menyebutkan bahwa jumlah karyawan yang terkena dampak di Malaysia kurang dari 500. Namun, laporan dari Reuters mengindikasikan bahwa pemecatan tersebut hanyalah bagian dari tren lebih besar, di mana ratusan karyawan di berbagai belahan dunia juga akan menghadapi nasib serupa. Karyawan yang terdampak di Malaysia menerima pemberitahuan melalui email pada hari Rabu, 12 Oktober 2024, menandai sebuah hari yang menyedihkan bagi banyak orang.
Berdasarkan informasi dari sumber yang dekat dengan situasi ini, TikTok berencana untuk melanjutkan langkah pemecatan di bulan mendatang. Salah satu sumber yang tidak ingin disebutkan namanya menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mengonsolidasikan beberapa operasi regionalnya. Hal ini menunjukkan bahwa TikTok tidak hanya fokus pada efisiensi biaya, tetapi juga berusaha untuk merampingkan operasionalnya di berbagai negara.
Di tengah ketidakpastian ini, TikTok, yang merupakan anak perusahaan ByteDance, mengumumkan rencana investasi sebesar US$2 miliar di seluruh dunia sepanjang tahun ini. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan dan keamanan platform, yang menjadi perhatian utama di era digital saat ini. Di satu sisi, perusahaan sedang melakukan pemecatan untuk mengurangi biaya, sementara di sisi lain, mereka berusaha untuk membangun kembali kepercayaan publik melalui investasi yang signifikan.
Situasi di Malaysia menjadi lebih rumit dengan adanya tekanan regulasi yang semakin besar. Pemerintah Malaysia telah meminta platform media sosial untuk mengajukan izin operasi, sebuah langkah yang mulai diterapkan sejak Januari lalu. Pendaftaran izin operasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam memerangi pelanggaran yang terjadi di dunia internet. Peningkatan pengawasan terhadap konten di media sosial telah menjadi fokus utama, terutama mengingat laporan yang menunjukkan peningkatan tajam dalam konten berbahaya selama tahun 2024.
Kebijakan pemerintah Malaysia ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk mengatur dunia digital, yang sering kali dikhawatirkan dapat menyebarkan informasi palsu atau konten berbahaya. Dalam konteks ini, TikTok menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan antara kepatuhan terhadap regulasi pemerintah dan kebutuhan untuk tetap menarik bagi penggunanya.
Sebagai langkah adaptasi, TikTok dikabarkan akan beralih ke penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan moderasi konten di platformnya. Dengan adanya teknologi AI, perusahaan berharap dapat mempercepat proses moderasi dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya manusia. Hal ini mencerminkan tren yang lebih besar di industri teknologi, di mana banyak perusahaan berinvestasi dalam AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Meskipun langkah ini mungkin membantu perusahaan dalam jangka panjang, dampak dari pemecatan yang terjadi saat ini tentu saja menyisakan kekhawatiran di kalangan karyawan yang terdampak. Banyak yang merasa tidak pasti tentang masa depan mereka di tengah pergeseran ini, terutama bagi mereka yang telah mengabdi lama di perusahaan.
Sementara itu, perkembangan ini menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan TikTok di pasar Malaysia dan seberapa besar dampak regulasi pemerintah terhadap operasional mereka. Dengan banyaknya tantangan yang harus dihadapi, TikTok harus segera menemukan jalan untuk beradaptasi dan berinovasi agar tetap relevan dalam industri yang terus berubah.
Dalam kesimpulannya, pemecatan besar-besaran yang dilakukan TikTok di Malaysia mencerminkan kondisi sulit yang dihadapi oleh banyak perusahaan teknologi saat ini. Dengan meningkatnya tekanan regulasi dan kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi operasional, perusahaan seperti TikTok harus menemukan keseimbangan antara pemecatan dan investasi untuk masa depan yang lebih aman dan lebih dapat diandalkan.