X Berhenti Gunakan Data Uni Eropa untuk Melatih AI
- Pabila Syaftahan
- •
- 17 Agt 2024 16.58 WIB
Intervensi DPC ini terjadi di tengah meningkatnya pengawasan terhadap pengembangan AI oleh raksasa teknologi di seluruh Uni Eropa. Baru-baru ini, badan regulasi tersebut meminta pengadilan untuk mengeluarkan perintah yang melarang atau menghentikan aktivitas pemrosesan data pengguna oleh X, yang digunakan untuk pengembangan, pelatihan, dan penyempurnaan sistem AI. Hal ini mencerminkan ketegangan yang meningkat di antara negara-negara Uni Eropa terkait perkembangan AI dan kekhawatiran yang terus berkembang mengenai perlindungan data.
Namun, ada kesan bahwa langkah-langkah ini mungkin terlambat dilakukan oleh regulator dan pengadilan. Dalam responsnya terhadap gugatan tersebut, X mengungkapkan bahwa Grok, chatbot AI mereka, memungkinkan pengguna untuk mengabaikan postingan publik mereka. Namun, Hakim Leonie Reynolds mencatat bahwa X sudah mulai memproses data pengguna Eropa untuk pelatihan AI pada 7 Mei, tetapi opsi bagi pengguna untuk menolak penggunaan data mereka baru diperkenalkan pada 16 Juli. Selain itu, opsi tersebut tidak segera tersedia untuk semua pengguna, yang berarti ada periode di mana data digunakan tanpa persetujuan pengguna.
Tim hukum X telah meyakinkan pengadilan bahwa data yang diperoleh dari pengguna di Uni Eropa antara 7 Mei hingga 1 Agustus tidak akan digunakan selama perintah DPC masih dalam proses peninjauan. Diperkirakan, X akan mengajukan dokumen penolakan terhadap perintah penangguhan tersebut pada 4 September mendatang, yang dapat memicu pertempuran hukum yang berpotensi memiliki dampak luas di seluruh Uni Eropa.
Meskipun begitu, X tidak tinggal diam dalam menanggapi masalah ini. Dalam pernyataan resmi melalui akun Global Government Affairs di platform X, perusahaan menyatakan bahwa perintah DPC tersebut "tidak berdasar, terlalu luas, dan menyasar X tanpa alasan yang jelas." X juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa perintah tersebut akan mengganggu upaya mereka untuk menjaga keamanan platform dan membatasi penggunaan teknologi mereka di Uni Eropa. Ini menyoroti tantangan yang dihadapi perusahaan teknologi dalam menyeimbangkan kepatuhan terhadap regulasi dengan kelangsungan operasi mereka di tengah lanskap digital yang semakin kompleks.
X juga menekankan pendekatan proaktif mereka dalam berkoordinasi dengan regulator, termasuk DPC, sejak akhir tahun 2023 mengenai Grok. Perusahaan mengklaim telah bersikap transparan dalam penggunaan data publik untuk model AI mereka, termasuk memberikan penilaian hukum yang diperlukan dan terlibat dalam diskusi panjang dengan regulator.
Perlu dicatat bahwa X bukanlah satu-satunya perusahaan teknologi yang menghadapi pengawasan ketat dari regulator Uni Eropa. Baru-baru ini, Meta juga menunda peluncuran model AI mereka di Eropa setelah menerima saran dari DPC Irlandia. Google juga setuju untuk menunda dan memodifikasi chatbot AI mereka, Gemini, awal tahun ini setelah berkonsultasi dengan regulator Irlandia.
Perkembangan ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam pendekatan regulasi terhadap penggunaan data dan pengembangan AI di Uni Eropa. Regulator semakin mengambil peran aktif dalam mengawasi bagaimana perusahaan teknologi memanfaatkan data pengguna untuk melatih dan mengembangkan AI, yang mencerminkan kekhawatiran yang semakin besar terkait privasi data dan implikasi etis dari kemajuan AI.
Seiring dengan perkembangan proses hukum, hasil dari kasus ini dapat menjadi peringatan penting dalam bagaimana pengembangan AI diatur di Uni Eropa. Hal ini juga berpotensi memengaruhi standar global dalam hal perlindungan data di era AI. Dengan demikian, industri teknologi dan para penggiat privasi data akan memperhatikan dengan cermat perkembangan ini, mengingat potensi dampaknya dalam membentuk masa depan inovasi AI dan regulasi privasi data.