Kemenkes dan Intel Launching Kursus: AI for Healthcare
- Rita Puspita Sari
- •
- 2 jam yang lalu
Kemenkes & Intel Launching Kursus: AI for Healthcare
Transformasi kesehatan berbasis Artificial Intelligence (AI) semakin nyata di Indonesia. Hal tersebut terlihat dalam acara The Future of Medicine: How AI Is Revolutionizing Healthcare, bagian dari Hai Fest 2025 (Health Innovation Festival) yang digelar di Balai Sarbini, Jakarta. Acara ini menjadi ajang pertemuan berbagai pemangku kepentingan sektor kesehatan untuk membahas peran teknologi dalam membangun layanan kesehatan yang lebih cepat, akurat, terintegrasi, dan efisien.
Salah satu sorotan utama acara ini adalah peluncuran program kursus “AI for Healthcare – Transforming Healthcare Through Artificial Intelligence”, hasil kolaborasi antara Kementerian Kesehatan RI, Intel, Alpha Digital Solusi, dan AIHub. Program ini terbuka untuk seluruh pelaku industri kesehatan, mulai dari rumah sakit, klinik, laboratorium, perusahaan farmasi, fasilitas kesehatan lainnya, hingga tenaga profesional individu di bidang medis seperti dokter, perawat, manajemen rumah sakit, hingga direktur fasilitas kesehatan. Kursus ini mengajak peserta memahami cara AI mendukung pekerjaan tenaga kesehatan, bukan menggantikannya.
Pendaftaran dapat dilakukan di website AIhub.id.
Digitalisasi Kesehatan dan SATUSEHAT: Fondasi Perubahan Sistem Medis Nasional
Dalam acara ini, Setiaji selaku Staf Ahli Menteri Kesehatan RI menegaskan bahwa pemanfaatan AI dalam industri kesehatan bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan strategis. Saat ini masyarakat sudah terbiasa menggunakan teknologi AI seperti Google atau ChatGPT. Namun, sektor kesehatan nasional harus beradaptasi lebih cepat untuk memastikan seluruh inovasi tetap aman dan terkontrol.
Kementerian Kesehatan telah menjawab kebutuhan tersebut melalui pengembangan platform SATUSEHAT, sistem integrasi data kesehatan nasional yang mengumpulkan riwayat medis masyarakat dari seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia — termasuk lebih dari 122.000 faskes, hingga apotek di seluruh wilayah.
SATUSEHAT memungkinkan rekam medis seseorang disimpan sejak dalam kandungan, kelahiran, masa dewasa, hingga akhir hayat. Informasi kesehatan tersimpan dalam satu basis data sehingga mempermudah diagnosa dokter, mempercepat penanganan, dan meningkatkan akurasi layanan. Tak hanya itu, SATUSEHAT juga memiliki fitur “rapor kesehatan pribadi”, sehingga masyarakat dapat memantau sendiri kondisi kesehatannya.
“Inilah alasan digitalisasi dibutuhkan. AI bukan untuk menggantikan dokter, tetapi membantu tenaga kesehatan bekerja lebih cepat, tepat, dan aman,” tegas Setiaji.
Peran Intel: Infrastruktur Komputasi AI untuk Industri Kesehatan
Melihat pesatnya perkembangan AI, Intel memastikan dukungan penuh terhadap sektor kesehatan. Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia, menjelaskan bahwa industri kesehatan menjadi salah satu sektor paling komprehensif dalam memanfaatkan teknologi AI.
Saat ini Intel memiliki tiga ekosistem komputasi utama yaitu laptop, data center, dan cloud yang semuanya dirancang mendukung teknologi AI.
Menurut Harry, tantangan industri kesehatan adalah keamanan data pribadi, terutama saat komputasi AI dilakukan di cloud. Untuk menjawab tantangan tersebut, Intel menghadirkan processor AI PC Core Ultra, yang memungkinkan pemrosesan AI dilakukan langsung di laptop tanpa harus mengunggah data ke cloud.
Artinya, rumah sakit atau tenaga medis bisa menjalankan aplikasi AI tanpa risiko kebocoran data.
“Prosesor laptop Intel sekarang setara dengan server kelas menengah. Komputasi AI bisa dilakukan di perangkat lokal dengan keamanan data yang lebih terjaga,” kata Harry.
Intel kini juga sedang mengembangkan teknologi computer vision, menjangkau kebutuhan AI pada level edge perangkat medis sekaligus tetap memanfaatkan data center dan cloud untuk model AI berparameter besar.
Rumah Sakit Mulai Mengadopsi AI: Studi Kasus RSUI
Dari perspektif lembaga pelayanan kesehatan, Dr. Tommy Dharmawan, Direktur Operasional RSUI (Rumah Sakit Universitas Indonesia) menegaskan bahwa rumah sakit harus siap beradaptasi terhadap perubahan teknologi. Dalam lima sampai enam tahun terakhir, transformasi sistem digital di rumah sakit meningkat sangat cepat dan tuntutan pasien terhadap layanan berbasis teknologi juga makin besar.
RSUI telah menerapkan integrasi sistem digital yang memudahkan patient journey mulai dari pendaftaran, konsultasi, tindakan medis, hingga kontrol ulang — semuanya dalam satu sistem terpadu (ERP). Untuk meningkatkan efisiensi layanan, RSUI kini mengadopsi tiga aplikasi AI:
- Voice to Text AI: membantu dokter mencatat percakapan konsultasi ke dalam EMR (Electronic Medical Record) secara otomatis.
- Picture to Text AI: membantu perawat mempercepat pekerjaan administratif dari gambar atau dokumen.
- Fax AI: digunakan untuk membantu sistem radiology yang terintegrasi dengan AI.
Meski demikian, Tommy menegaskan AI tetap memiliki tantangan, salah satunya masalah “halusinasi AI”, yaitu ketika sistem menghasilkan informasi yang tidak akurat. Karena itu, dokter tetap memiliki peran utama sebagai verifikator medis dan tidak akan tergantikan oleh teknologi apa pun.
“AI membantu, tapi tidak menggantikan dokter. Peran manusia tetap ada untuk memverifikasi setiap hasil AI, karena keselamatan pasien adalah prioritas,” jelas Tommy.
Regulasi, Keamanan, dan Ekosistem: Kunci Integrasi AI di Kesehatan Nasional
Menanggapi kekhawatiran terkait regulasi dalam perkembangan teknologi, Setiaji menekankan bahwa pemerintah mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien. Digitalisasi memang perlu dilakukan cepat, namun harus sejalan dengan standar keamanan data.
Karena itu, Kementerian Kesehatan memilih membangun platform ekosistem, bukan sistem tertutup. Maksudnya:
Pemerintah tidak mengembangkan satu sistem untuk satu rumah sakit.
Industri bebas mengembangkan aplikasi dan sistem digital masing-masing.
Kemenkes menetapkan standar dan protokol komunikasi data agar seluruh sistem dapat saling terhubung secara aman.
“Kami memastikan teknologi baru dapat digunakan dengan aman dan data masyarakat tetap terlindungi. Ekosistem digital harus tumbuh bersama,” ungkap Setiaji.
Peluncuran kursus “AI for Healthcare” menandai era baru transformasi kesehatan di Indonesia. Kolaborasi antara Kemenkes, Intel, Alpha Digital Solusi, dan AIHub menunjukkan bahwa teknologi bukan lagi pelengkap, melainkan fondasi utama pelayanan medis modern.
Dengan hadirnya platform SATUSEHAT, percepatan adopsi AI di fasilitas kesehatan, dukungan inovasi perangkat komputasi Intel, serta kesiapan rumah sakit untuk beradaptasi, Indonesia memasuki periode penting dalam sejarah digitalisasi kesehatan.
AI bukan ancaman, melainkan alat untuk menghadirkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas — cepat, tepat, efisien, dan aman bagi seluruh masyarakat.
