India Siap Kembangkan GPU & Luncurkan 18.000 Server AI


Ilustrasi GPU

Ilustrasi GPU

India tengah bersiap untuk memasuki era baru dalam dunia kecerdasan buatan (AI) dan teknologi komputasi tinggi. Menteri Persatuan India, Ashwini Vaishnaw, mengumumkan bahwa dalam 3-5 tahun ke depan, India diperkirakan akan memiliki chip GPU (Graphics Processing Unit) buatan sendiri. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan meluncurkan 18.000 server berbasis AI dalam beberapa hari mendatang untuk mempercepat perkembangan teknologi kecerdasan buatan di negara tersebut.

Pernyataan ini disampaikan dalam acara Budget Roundtable 2025 yang diselenggarakan oleh India Today dan Business Today pada Selasa (11/2). Dalam acara tersebut, Vaishnaw menegaskan bahwa pemerintah India sedang menyiapkan infrastruktur komputasi canggih agar para peneliti, akademisi, dan startup dapat mengembangkan teknologi AI dengan lebih mudah.

India Akan Kembangkan GPU Sendiri dalam 3-5 Tahun
GPU atau Graphics Processing Unit awalnya digunakan untuk pemrosesan grafis dalam gaming dan multimedia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, GPU telah menjadi komponen utama dalam pengembangan kecerdasan buatan karena kemampuannya dalam menangani perhitungan kompleks dengan sangat cepat.

Saat ini, pasar GPU global didominasi oleh perusahaan asal Amerika Serikat, Nvidia, yang menguasai lebih dari 80% pangsa pasar. Namun, India ingin mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri dengan mengembangkan GPU buatan sendiri.

"Kami sedang bekerja pada tiga opsi utama. Salah satunya adalah menggunakan chipset open-source atau yang tersedia secara berlisensi, lalu mengembangkannya lebih lanjut untuk membangun GPU buatan India," kata Vaishnaw.

Menurutnya, pendekatan ini juga telah digunakan oleh banyak negara lain dalam mengembangkan teknologi mereka. Dengan strategi ini, India menargetkan bahwa dalam 3-5 tahun ke depan, mereka akan memiliki GPU yang dirancang dan diproduksi sendiri.

18.000 Server AI Siap Diluncurkan dalam Hitungan Hari
Selain mengembangkan GPU sendiri, India juga tengah menggenjot infrastruktur komputasi untuk pengembangan AI. Vaishnaw mengungkapkan bahwa pemerintah telah membeli 18.000 unit GPU kelas atas, di mana 10.000 unit sudah tersedia dan siap digunakan.

"Dalam 3-4 hari ke depan, seluruh 18.000 unit server AI ini akan mulai beroperasi. Proses tendernya telah selesai minggu lalu, dan kini kami siap untuk meluncurkannya," jelasnya.

Pemerintah berharap dengan tersedianya ribuan GPU ini, startup teknologi, peneliti, dan akademisi di India dapat mengakses daya komputasi tinggi dengan harga yang lebih terjangkau.

"Biasanya, infrastruktur AI ini hanya bisa diakses oleh perusahaan besar yang memiliki modal besar. Namun, pemerintah telah menciptakan mekanisme agar peneliti, akademisi, dan startup juga bisa memanfaatkannya dengan biaya rendah," tambahnya.

Platform AI Buatan India Siap Meluncur dalam 10 Bulan
Saat ditanya kapan India akan memiliki platform AI buatan sendiri, Vaishnaw memberikan jawaban optimistis.

"10 bulan adalah batas waktu maksimal bagi kami untuk meluncurkan platform AI buatan India," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa tim peneliti dan startup India telah mempelajari berbagai makalah penelitian dan algoritma matematika yang digunakan oleh perusahaan AI lain, termasuk perusahaan asal China, DeepSeek.

"Ada beberapa penelitian dari tahun 2003 dan 2005 yang berisi teknik teknik rekayasa yang sangat berguna dalam meningkatkan efisiensi pengembangan AI. Kami sedang mempelajari makalah-makalah ini untuk diterapkan dalam proyek kami," kata Vaishnaw.

Keberhasilan Program ‘Make in India’ di Sektor Teknologi
Selain berbicara tentang pengembangan AI dan GPU, Vaishnaw juga menanggapi kritik dari pemimpin oposisi Rahul Gandhi, yang menyoroti lambatnya pertumbuhan manufaktur di India pada masa lalu.

Menurutnya, periode 1950-1990 adalah masa yang sulit bagi industri manufaktur India karena sistem Licence Raj yang menghambat perkembangan industri dan investasi. Namun, sejak diperkenalkannya program Make in India, negara ini mulai menunjukkan kemajuan pesat.

Salah satu contoh keberhasilan program ini adalah industri manufaktur ponsel di India, yang telah menciptakan 1,2 juta (12 lakh) lapangan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Saat ini, India sudah mampu memproduksi berbagai komponen penting untuk industri ponsel, seperti charger, baterai, layar, kamera, speaker, mikrofon, dan bahkan sel baterai lithium-ion," katanya.

Sebagai bukti kemajuan industri manufaktur India, Vaishnaw menunjukkan sebuah komponen elektronik yang tersusun dari beberapa bagian, tetapi tidak terlihat ada sambungan sama sekali dengan mata telanjang.

"Butuh waktu tiga tahun bagi salah satu perusahaan India untuk mencapai tingkat presisi ini, yang merupakan standar yang disyaratkan oleh vendor Apple dan Samsung," ungkapnya.

India Mengejar Ketertinggalan dari China
Vaishnaw mengakui bahwa India kehilangan empat dekade (1950-1990) akibat kebijakan yang menghambat pertumbuhan industri.

"China mulai membuka industri mereka pada tahun 1979, sementara India baru mulai bergerak pada tahun 1990. Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kami saat ini sedang mengejar ketertinggalan, dan program Make in India telah menunjukkan hasil yang luar biasa," katanya.

Ia juga menyoroti peran mantan Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee, yang membuka banyak sektor industri saat menjabat. Kemudian, di era Perdana Menteri Narendra Modi, program Make in India semakin diperluas untuk meningkatkan daya saing India di pasar global.

"Kami mungkin memulai lebih lambat dibandingkan China, tetapi sekarang India sedang berkembang pesat dalam industri teknologi dan manufaktur," tegasnya.

India mungkin tertinggal dari China dalam beberapa dekade terakhir, tetapi dengan strategi yang tepat, negara ini berambisi untuk menjadi pemain utama dalam industri kecerdasan buatan dan manufaktur teknologi dalam beberapa tahun ke depan.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait