Melindungi Transformasi Digital dengan Keamanan Siber Akamai
- Muhammad Bachtiar Nur Fa'izi
- •
- 29 Okt 2024 16.13 WIB
Dalam era transformasi digital yang pesat, keamanan siber menjadi salah satu aspek paling krusial dalam menjaga keberlanjutan operasional dan melindungi data. Deddy Iswara, salah satu pembicara dalam webinar yang bertajuk “ Cloud Computing Sebagai Akselerator Transformasi Digital Layanan Publik” yang diselenggarakan oleh Cloud computing indonesia, menjelaskan bahwa fokus utama saat ini adalah memastikan keamanan transformasi digital, terutama di sektor pemerintahan. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah meningkatnya serangan siber, seperti ransomware, DDoS, dan pencurian data. Di Indonesia sendiri, sudah terjadi beberapa kasus yang menjadi perhatian, seperti serangan terhadap bank syariah dan kebocoran data pusat yang kemudian dijual di Dark Web. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap organisasi untuk melindungi aplikasi dan data mereka dengan langkah-langkah proaktif.
Akamai, sebagai perusahaan keamanan siber global, hadir untuk mendukung proses transformasi digital dengan memberikan perlindungan komprehensif terhadap ancaman siber. Akamai telah beroperasi di Indonesia selama hampir 10 tahun dan membangun infrastruktur yang kuat dengan 70 data center dan 80 titik jaringan yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Dengan SLA 100% availability, Akamai memastikan tidak ada downtime, bahkan jika terjadi kegagalan di beberapa titik jaringan. Di Jabodetabek, misalnya, terdapat tujuh data center yang berfungsi saling mendukung, sehingga operasional tetap berjalan tanpa gangguan. Secara global, Akamai memiliki lebih dari 4.000 data center yang bekerja secara terintegrasi, memastikan layanan selalu tersedia dan terlindungi.
Salah satu solusi utama yang ditawarkan Akamai adalah Web Application Firewall (WAF). WAF berfungsi untuk memonitor, memfilter, dan memblokir serangan sebelum mencapai aplikasi. Contoh aplikasi yang menggunakan WAF dari Akamai adalah SATUSEHAT dan PeduliLindungi, yang menerima banyak akses dari berbagai lokasi melalui internet. Dengan WAF, serangan-serangan siber seperti DDoS dapat dihentikan lebih awal tanpa mengganggu operasional aplikasi. Selain itu, Akamai juga menawarkan solusi API Security, yang menjadi penting karena serangan seringkali datang melalui API. API memungkinkan komunikasi antara berbagai sistem, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi titik lemah bagi penjahat siber. Deddy menekankan bahwa serangan API bisa sangat berbahaya, terutama ketika melibatkan data pribadi seperti nama, alamat, dan nomor kartu kredit, yang rentan dicuri dan diperjualbelikan di Dark Web.
Akamai secara proaktif melakukan scanning dan monitoring terhadap semua API di organisasi, memastikan tidak ada celah keamanan yang bisa dieksploitasi. Strategi keamanan Akamai memungkinkan setiap serangan diblokir di titik terdekat sebelum mencapai server utama. Contohnya, jika ada serangan dari Surabaya, paket data berbahaya akan dihentikan di sana, sehingga tidak pernah mencapai pusat aplikasi. Pendekatan ini tidak membutuhkan instalasi tambahan pada sistem pengguna karena Akamai menggunakan solusi berbasis cloud yang terdistribusi secara luas.
Selain itu, Deddy Iswara juga memperkenalkan konsep Zero Trust Network Access sebagai solusi untuk melindungi aset internal organisasi. Konsep ini memastikan bahwa setiap akses harus divalidasi, baik berasal dari dalam maupun luar jaringan. Ini mengurangi risiko serangan dari dalam dan memastikan bahwa hanya pengguna dan aplikasi yang sah yang dapat mengakses sistem.
Keamanan siber adalah komponen esensial dalam setiap proses transformasi digital. Dengan dukungan infrastruktur yang kuat dan SLA 100% availability, Akamai telah menjadi mitra terpercaya bagi banyak sektor, termasuk perbankan dan pemerintahan. Deddy Iswara menutup dengan menekankan bahwa transformasi digital hanya bisa berhasil jika didukung oleh keamanan siber yang tangguh. Dengan solusi seperti WAF, API Security, dan Zero Trust Network Access, organisasi dapat fokus pada inovasi tanpa harus khawatir akan ancaman siber.