AI vs Hak Cipta: Kasus Thomson Reuters dan ROSS
- Mutiara Aisyah
- •
- 28 Feb 2025 22.54 WIB

Ilustrasi Hak Cipta
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam bidang hukum telah menimbulkan berbagai tantangan hukum baru, termasuk dalam ranah hak cipta dan penggunaan data. Salah satu kasus yang menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah Thomson Reuters vs ROSS Intelligence, yang menyoroti konflik antara hak cipta dan pengembangan AI. Kasus ini berpusat pada tuduhan bahwa ROSS Intelligence menggunakan data dari Westlaw, produk hukum milik Thomson Reuters, untuk melatih sistem AI mereka tanpa izin. Tulisan ini akan membahas latar belakang kasus, argumen dari kedua belah pihak, implikasi hukum, dan dampaknya terhadap industri AI serta hukum.
Latar Belakang Kasus
Thomson Reuters dan Westlaw
Thomson Reuters adalah perusahaan global yang menyediakan informasi dan solusi berbasis data, salah satunya melalui Westlaw, platform riset hukum yang sangat terkenal. Westlaw menawarkan akses ke berbagai dokumen hukum, termasuk opini pengadilan, undang-undang, dan dokumen hukum lainnya, yang dikurasi dan diperkaya dengan fitur pencarian canggih.
ROSS Intelligence dan AI dalam Hukum
ROSS Intelligence adalah perusahaan rintisan yang mengembangkan AI untuk membantu pengacara dalam melakukan riset hukum. Teknologi ROSS dirancang untuk memahami pertanyaan dalam bahasa alami dan memberikan jawaban yang relevan berdasarkan yurisprudensi dan dokumen hukum yang tersedia.
Pada tahun 2020, Thomson Reuters menggugat ROSS Intelligence dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut telah mengakses dan menyalin konten dari Westlaw tanpa izin untuk melatih model AI mereka. Tuduhan ini berakar pada dugaan bahwa ROSS menggunakan perantara untuk memperoleh data dari Westlaw, yang kemudian digunakan dalam pengembangan sistem AI mereka.
Argumen Thomson Reuters
- Pelanggaran Hak Cipta – Westlaw memiliki hak cipta atas kumpulan data hukum yang telah dikurasi dan diberi anotasi. Thomson Reuters berpendapat bahwa penggunaan data ini oleh ROSS tanpa izin merupakan pelanggaran hak cipta.
- Pelanggaran Ketentuan Penggunaan – Thomson Reuters mengklaim bahwa ROSS, melalui pihak ketiga, melanggar ketentuan penggunaan Westlaw, yang secara eksplisit melarang pengunduhan massal dan penggunaan data tanpa lisensi.
- Persaingan Tidak Sehat – Dengan menggunakan data dari Westlaw, ROSS dianggap memperoleh keuntungan komersial secara tidak sah, yang dapat merugikan bisnis Thomson Reuters.
Argumen ROSS Intelligence
- Fair Use (Penggunaan Wajar) – ROSS berargumen bahwa penggunaan data dari Westlaw masuk dalam kategori fair use, karena mereka tidak menyalin materi hukum secara langsung, melainkan menggunakan data untuk melatih AI guna menghasilkan jawaban yang orisinal.
- Tidak Ada Hak Cipta atas Fakta – Dalam hukum hak cipta, fakta tidak dapat dilindungi. ROSS menyatakan bahwa keputusan hukum adalah fakta publik yang tidak bisa dimonopoli oleh Thomson Reuters.
- Inovasi dan Persaingan Sehat – ROSS mengklaim bahwa tuntutan ini bertujuan untuk membatasi inovasi dan mempertahankan dominasi Thomson Reuters di industri riset hukum.
Analisis Hukum
Fair Use dalam Konteks AI
- Fair use memiliki empat faktor utama: tujuan dan karakter penggunaan, sifat dari karya yang digunakan, jumlah dan substansi yang diambil, serta dampak terhadap pasar.
- Penggunaan data hukum untuk melatih AI dapat diklasifikasikan sebagai transformasional jika AI tidak hanya menyalin, tetapi menciptakan nilai baru.
- Pengadilan perlu mempertimbangkan apakah pengambilan data dalam jumlah besar tetap bisa dikategorikan sebagai fair use.
Hak Cipta atas Data Hukum
- Dokumen hukum yang bersumber dari pengadilan adalah domain publik, tetapi anotasi dan kurasi yang dilakukan oleh Westlaw bisa mendapatkan perlindungan hak cipta.
- Jika pengadilan mengakui bahwa anotasi tersebut cukup kreatif untuk mendapatkan perlindungan, ROSS bisa dianggap melanggar hak cipta.
Implikasi terhadap Industri AI
- Putusan dalam kasus ini dapat menciptakan preseden penting terkait penggunaan data dalam pengembangan AI.
- Jika ROSS kalah, pengembang AI mungkin harus mendapatkan lisensi untuk melatih model mereka, yang bisa menghambat inovasi.
- Sebaliknya, jika ROSS menang, akan ada lebih banyak kebebasan bagi perusahaan AI dalam menggunakan data untuk pelatihan model mereka.
Dampak terhadap Industri
Industri Hukum dan Teknologi AI
Kasus ini menjadi contoh bagaimana industri hukum dan teknologi AI berbenturan dalam hal akses terhadap data. Jika pengadilan berpihak pada Thomson Reuters, perusahaan AI mungkin harus berinvestasi lebih banyak dalam perolehan data secara legal. Hal ini bisa memperlambat perkembangan AI dalam bidang hukum dan meningkatkan biaya bagi pengembang.
Perlindungan Hak Cipta di Era Digital
Kasus ini juga menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki akses terhadap kumpulan data besar semakin berusaha mempertahankan kendali mereka. Ini berimplikasi pada bagaimana hak cipta diterapkan dalam era digital, terutama untuk dataset yang digunakan dalam pelatihan AI.
Potensi Regulasi Baru
Hasil dari kasus ini mungkin mendorong regulator untuk menetapkan pedoman baru mengenai penggunaan data untuk pelatihan AI. Jika tidak ada kejelasan hukum, perusahaan AI dan penyedia data bisa terus terlibat dalam perselisihan hukum serupa di masa depan.
Kesimpulan
Kasus Thomson Reuters v. ROSS Intelligence adalah contoh klasik dari konflik antara hak cipta dan pengembangan AI. Putusan dalam kasus ini akan memiliki dampak luas terhadap industri teknologi, regulasi hak cipta, dan inovasi dalam riset hukum.
Hasil dari persidangan ini akan menjadi preseden penting dalam menentukan sejauh mana perusahaan AI dapat menggunakan data yang telah dikurasi tanpa melanggar hak cipta.