Kemenkes dan Intel Launching Kursus: AI for Healthcare
- Rita Puspita Sari
- •
- 5 jam yang lalu
Kemenkes & Intel Launching Kursus: AI for Healthcare
Transformasi digital sektor kesehatan Indonesia resmi memasuki babak baru. Dalam acara The Future of Medicine: How AI Is Revolutionizing Healthcare yang menjadi bagian dari Hai Fest 2025 di Balai Sarbini, Jakarta, pemerintah bersama industri teknologi global menegaskan bahwa Artificial Intelligence (AI) kini bukan lagi sekadar inovasi, melainkan fondasi utama pelayanan kesehatan modern.
Salah satu sorotan dalam acara ini adalah peluncuran program kursus "AI for Healthcare – Transforming Healthcare Through Artificial Intelligence", program kolaboratif antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Intel, Alpha Digital Solusi, dan AIHub. Program ini dirancang untuk membantu tenaga kesehatan di Indonesia mengadopsi AI secara profesional dan aman.
Pelatihan tersebut terbuka untuk berbagai pelaku industri kesehatan—mulai dari direktur rumah sakit, dokter, perawat, tenaga medis, hingga profesional di sektor farmasi, laboratorium, dan klinik. Pendaftaran kursus dapat dilakukan melalui AIHub.id .
Digitalisasi Kesehatan dan SATUSEHAT: Fondasi Perubahan Sistem Medis Nasional
Antusiasme publik terhadap teknologi kesehatan kini meningkat pesat. Tren konsultasi kesehatan berbasis chatbot dan asisten digital menjadi bukti bahwa masyarakat mulai beradaptasi dengan teknologi, dari ChatGPT hingga layanan medis daring.
Namun Kementerian Kesehatan mengingatkan bahwa tanpa data terintegrasi, AI tidak akan memberi manfaat maksimal.
Dalam pemaparanya, Setiaji, Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Teknologi Kesehatan, menjelaskan pentingnya platform SATUSEHAT sebagai fondasi digitalisasi kesehatan nasional.
“Dengan SATUSEHAT, masyarakat bisa mengetahui riwayat kesehatan sejak dalam kandungan, lahir, dewasa, hingga meninggal. Data dikumpulkan dari seluruh faskes di Indonesia, termasuk 122 ribu apotek dan fasilitas kesehatan,” jelas Setiaji.
Integrasi data ini memberikan dampak besar bagi tenaga medis. Dengan riwayat medis yang lebih jelas, dokter dapat mendiagnosis lebih cepat, lebih akurat, dan lebih aman.
SATUSEHAT juga menghadirkan fitur "Resume Medis", yang memungkinkan individu mengetahui kondisi kesehatannya secara berkala. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat, tetapi juga mempercepat penanganan dini terhadap berbagai penyakit.
“Inilah alasan digitalisasi dibutuhkan. AI bukan untuk menggantikan dokter, tetapi membantu tenaga kesehatan bekerja lebih cepat, tepat, dan aman,” tegas Setiaji.
Peran Intel: Infrastruktur Komputasi AI untuk Industri Kesehatan
Melihat pesatnya perkembangan AI, Intel memastikan dukungan penuh terhadap sektor kesehatan. Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia, menjelaskan bahwa industri kesehatan menjadi salah satu sektor paling komprehensif dalam memanfaatkan teknologi AI.
Saat ini Intel memiliki tiga ekosistem komputasi utama yaitu laptop, data center, dan cloud yang semuanya dirancang mendukung teknologi AI.
Menurut Harry, tantangan industri kesehatan adalah keamanan data pribadi, terutama saat komputasi AI dilakukan di cloud. Untuk menjawab tantangan tersebut, Intel menghadirkan AI PC Core Ultra, yang memungkinkan pemrosesan AI dilakukan langsung di laptop tanpa harus mengunggah data ke cloud.
“Prosesor laptop Intel sekarang setara dengan server kelas menengah. Komputasi AI bisa dilakukan di perangkat lokal dengan keamanan data yang lebih terjaga,” kata Harry.
Selain itu, Intel juga memperkuat teknologi Computer Vision, prosesor untuk edge, serta dukungan ekosistem data center untuk pemrosesan AI berskala besar.
Rumah Sakit Mulai Mengadopsi AI: Studi Kasus RSUI
Teknologi AI juga terbukti memberi dampak langsung pada peningkatan pelayanan kesehatan. Dr. Tommy Dharmawan, Direktur Operasional RSUI, membagikan pengalaman rumah sakit dalam mengintegrasikan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Menurutnya, rumah sakit yang baik adalah institusi yang mampu mengikuti perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi informasi.
RSUI telah menerapkan integrasi sistem digital yang memudahkan patient journey mulai dari pendaftaran, konsultasi, tindakan medis, hingga kontrol ulang — semuanya dalam satu sistem terpadu (ERP). Untuk meningkatkan efisiensi layanan, RSUI kini mengadopsi tiga aplikasi AI:
-
Voice to Text
Teknologi ini berfungsi mengubah percakapan antara dokter dan pasien menjadi tulisan secara otomatis di sistem EMR (Electronic Medical Record), sehingga dokter tidak perlu mengetik catatan medis secara manual dan waktu pemeriksaan menjadi lebih efisien. -
Picture to Text
Teknologi ini dapat membaca dan mengonversi gambar menjadi teks. Fitur tersebut membantu perawat menyelesaikan pekerjaan administratif dengan jauh lebih cepat karena tidak perlu mengetik ulang dokumen secara manual. -
PACS (Picture Archiving and Communications System)
Teknologi ini menganalisis citra radiologi seperti X-ray, CT Scan, dan MRI menggunakan AI. Hasil analisis membantu dokter mendeteksi potensi kelainan secara lebih cepat dan akurat, sehingga diagnosis dapat dilakukan lebih cepat dengan risiko kesalahan yang lebih rendah.
Meski demikian, Tommy menegaskan AI tetap memiliki tantangan, salah satunya masalah “halusinasi AI”, yaitu ketika sistem menghasilkan informasi yang tidak akurat. Karena itu, dokter tetap memiliki peran utama sebagai verifikator medis dan saat ini belum bisa tergantikan dengan teknologi AI.
“AI membantu, tapi tidak menggantikan dokter. Peran manusia tetap ada untuk memverifikasi setiap hasil AI,” jelas Tommy.
Regulasi, Keamanan, dan Ekosistem: Kunci Integrasi AI di Kesehatan Nasional
Perkembangan teknologi yang cepat sering menimbulkan kekhawatiran: bagaimana jika inovasi lebih cepat daripada regulasi?
Menanggapi kekhawatiran terkait regulasi dalam perkembangan teknologi, Setiaji menekankan bahwa pemerintah mengutamakan safety dan security data. Digitalisasi memang perlu dilakukan cepat, namun harus sejalan dengan standar keamanan data.
“Kami memastikan teknologi baru dapat digunakan dengan aman dan data masyarakat tetap terlindungi. Ekosistem digital harus tumbuh bersama,” ungkap Setiaji.
AI bukan ancaman, melainkan alat untuk menghadirkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas — cepat, tepat, efisien, dan aman bagi seluruh masyarakat.
