Teknologi Kecerdasan Buatan Membantu Diagnosis Penyakit
- Rita Puspita Sari
- •
- 25 Okt 2023 12.15 WIB
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengumumkan kemajuan signifikan dalam penggunaan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk diagnosis penyakit, dengan fokus pada kesehatan kulit anak. Teknologi AI yang inovatif ini, dikenal sebagai AI-based Paediatric Tele-Dermatology, dirancang untuk mengubah cara diagnosis penyakit kulit pada anak dilakukan dan memungkinkan kolaborasi antara dokter umum, dokter spesialis kulit, dan dokter spesialis anak.
Anto Satriyo Nugroho, Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN, menjelaskan bahwa AI telah menjadi alat yang sangat berharga dalam dunia medis "Dari sisi medis, kita mungkin melihat AI sebagai tools yang memiliki banyak peluang, mempercepat proses diagnosis, meningkatkan akurasi, dan mengurangi error yang terjadi karena pengalaman atau jam terbang dokter yang melakukan diagnosis," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Salah satu tantangan dalam pengobatan penyakit kulit anak adalah keterbatasan jumlah dokter spesialis kulit dan kelamin konsulen anak, terutama di daerah yang jauh dari kota-kota besar. Dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, BRIN bekerja sama dengan para peneliti di Pusat Riset Komputasi BRIN dan Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia Persatuan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia (KSDAI PERDOSKI).
Nur Afny Catur Andryani, Dosen Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara, menjelaskan bahwa teknologi telemedicine untuk dermatologi, yang melibatkan AI, memungkinkan dokter umum dan dokter spesialis kulit umum terhubung dengan dokter spesialis kulit dan kelamin konsulen anak (SpKK) untuk meningkatkan akurasi diagnosis, terutama untuk kasus yang kompleks.
Meskipun AI telah digunakan dalam dunia medis, penggunaannya dalam diagnosis penyakit kulit, terutama pada anak, masih terbatas. Nur Afny Catur Andryani menyebutkan bahwa penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada deteksi kanker kulit dini dan beberapa penyakit kulit tertentu yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, riset pengembangan teknologi ini menjadi sebuah tantangan besar, yaitu membangun sistem diagnosis berbasis AI yang dapat mengenali lebih dari 50 penyakit sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
"Secara teori, itu adalah high dimensional classification yang tentunya bukan hal mudah untuk dimodelkan,” kata Nur Afny Catur Andryani.
Teknologi AI-based Paediatric Tele-Dermatology diharapkan akan membawa manfaat besar dalam dunia medis, terutama dalam diagnosis penyakit kulit anak, yang seringkali memerlukan pemahaman mendalam tentang banyak kondisi kulit yang berbeda. Dengan terus berkembangnya penelitian ini, diharapkan AI akan menjadi mitra yang berharga bagi para profesional medis dalam memberikan perawatan yang lebih akurat dan efisien untuk pasien anak yang memerlukan perhatian khusus terutama dalam diagnosis penyakit kulit.
Teknologi kecerdasan buatan membuktikan diri sebagai alat penting dalam revolusi kesehatan modern, membantu para dokter dan peneliti mencapai diagnosis yang lebih akurat dan efisien, dan membuka pintu bagi inovasi yang lebih besar dalam perawatan kesehatan.