Startup Neuro.net Incar Sektor Perbankan dan Keuangan Indonesia
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 19 Mei 2021 14.11 WIB
Startup yang bergerak di bidang pengembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, Neuro.net mengincar pasar Indonesia untuk mengimplementasikan teknologi AI, khususnya pada sektor perbankan dan keuangan yang dinilai tengah berkembang saat ini.
Nikolay Kravchuk, CEO dan Co-Founder Neuro.net mengatakan bahwa teknologi informasi yang berbasis AI memainkan peran penting dalam transformasi digital di setiap negara, termasuk di Indonesia. Ia pun mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar saat ini tengah mempelajari transformasi digital dan adopsi teknologi baru, khususnya conversational AI.
“Indonesia punya potensi besar untuk meningkatkan adopsi inovasi AI, terutama di sektor perbankan dan keuangan yang kini terlihat sangat berkembang. Hal ini diikuti oleh karakter konsumen mereka yang sangat loyal di mana hal ini cukup memberikan tekanan tambahan bagi setiap institusi keuangan dan perbankan dalam meningkatkan standar pelayanan pelanggan,” kata Kravchuk dalam keterangan resmi, Selasa (18/5/2021).
Kravchuk juga menuturkan bahwa beberapa tantangan yang dihadapi dalam memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan, salah satunya adalah mengoptimalkan contact center. Hal ini karena contact center pastinya memiliki tingkat panggilan yang tinggi dan masalah pelanggan yang kompleks.
Menurut Kravchuk, ketika pelanggan memiliki tuntutan atas pelayanan lancar yang selalu siaga 24 jam sehari, maka akan ada dampak terhadap kualitas kerja agen manusia didalamnya. Agen manusia memiliki kecenderungan untuk terpapar human error, emosi, belum lagi ketidakmampuan untuk mengikuti skrip dan bekerja secara omnichannel.
“Di sinilah peran kami memberikan solusi percakapan AI atau conversational AI sehingga agen virtual kami dapat memperkuat contact center mereka,” tutur Kravchuk.
Kravchuk menjelaskan, implementasi AI pada solusi percakapan sendiri umumnya digunakan untuk beberapa fungsi seperti menjawab pertanyaan nasabah hingga menghubungkan nasabah dengan produk keuangan yang tepat. Hebatnya, agen virtual ini dapat pula menjalankan interaksi dua arah dengan pelanggan ketika terdapat transaksi yang mencurigakan.
“Pelanggan tidak hanya bisa mendengarkan informasi, tetapi bisa langsung mengkonfirmasi atau menolak transaksi dan langsung bertanya pada agen virtual,” imbuh Kravchuk.
Pekerjaan dasar pada contact center dapat dialihkan ke agen virtual yang berbasis AI karena mereka sudah dibekali kemampuan untuk melakukan ratusan ribu panggilan setiap hari selama 24 jam dalam satu minggu.
Selain itu, agen virtual AI ini juga dapat berkomunikasi dengan natural kepada konsumen. Misalnya saja, membangun perbincangan dasar sampai yang kompleks sekalipun, memberi solusi bagi nasabah, sampai menyesuaikan intonasi dan nada bicara.
“Teknologi yang kami kembangkan tidak dimaksudkan untuk menghilangkan manusia di tempat kerja pada industri manapun. Teknologi kami dapat membuat call center mengotomasi tugas-tugas rutin dalam waktu tiga minggu saja, seperti memberikan notifikasi pembayaran jatuh tempo, informasi cabang kantor bank terdekat, dan lainnya,” kata Kravchuk.
Maka dengan bantuan teknologi agen virtual dari Neuro.net, Kravchuk mengatakan, para agen manusia yang juga bekerja di call center bisa lebih fokus pada tugas-tugas yang lebih kreatif dan kompleks sesuai dengan kebutuhan nasabah.