Ancaman Cloud di 2025: Strategi Penting untuk Perusahaan
- Rita Puspita Sari
- •
- 21 Des 2024 03.16 WIB
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, adopsi teknologi cloud kini menjadi tulang punggung transformasi digital bagi banyak perusahaan. Namun, di balik manfaat besar yang ditawarkan, teknologi cloud juga menjadi target utama serangan siber. Diperkirakan, serangan terhadap lingkungan cloud akan meningkat tajam pada tahun 2025. Lalu, apa yang harus dilakukan perusahaan untuk menghadapi ancaman ini? Artikel ini akan membahas alasan di balik meningkatnya serangan cloud, jenis serangan yang mungkin terjadi, serta langkah-langkah mitigasi yang dapat diambil oleh perusahaan.
Mengapa Cloud Menjadi Target Utama?
Meskipun teknologi cloud bukanlah hal baru, ketertarikan para pelaku kejahatan siber terhadapnya semakin meningkat. Ada beberapa alasan mengapa lingkungan cloud menjadi target utama:
- Adopsi Cloud yang Meluas
Menurut laporan Fortinet 2024 Cloud Security Report, sekitar 78% perusahaan kini menggunakan strategi hybrid atau multi-cloud. Hal ini menciptakan kompleksitas dalam manajemen keamanan, yang seringkali membuka peluang bagi pelaku ancaman untuk mengeksploitasi celah keamanan. - Peningkatan Ketergantungan
Organisasi semakin mengandalkan infrastruktur cloud untuk menyimpan data sensitif, menjalankan aplikasi penting, dan mendukung operasi sehari-hari. Akibatnya, serangan terhadap cloud dapat memiliki dampak yang lebih besar, seperti gangguan operasional dan pencurian data. - Kerentanan Spesifik Cloud
Dengan banyaknya penyedia cloud yang digunakan oleh perusahaan, muncul risiko kerentanan spesifik cloud, yang telah menyebabkan beberapa insiden siber berprofil tinggi. - Perkembangan Teknologi Edge
Perangkat edge seperti sistem Operational Technology (OT) menjadi semakin terkoneksi berkat teknologi 5G. Peningkatan konektivitas ini menciptakan lebih banyak pintu masuk bagi penyerang untuk mengeksploitasi sistem.
Jenis Serangan terhadap Cloud
Berikut adalah beberapa jenis serangan yang sering menargetkan lingkungan cloud:
- Serangan Ransomware
Serangan ransomware adalah salah satu ancaman paling merusak di dunia maya, dan kini semakin sering menargetkan lingkungan cloud. Penyerang mengeksploitasi celah keamanan untuk mengenkripsi data yang tersimpan di cloud, dan kemudian meminta tebusan untuk membuka akses ke data yang terkunci. Data yang terkunci ini bisa sangat sensitif, seperti informasi pelanggan, dokumen bisnis penting, atau bahkan kode sumber perangkat lunak perusahaan.Ketika serangan ransomware terjadi, perusahaan sering kali berada dalam posisi sulit, antara membayar tebusan atau menghadapi kerugian besar akibat kehilangan data. Selain itu, serangan ini dapat menyebabkan gangguan operasional yang panjang, yang mengganggu layanan kepada pelanggan dan merusak reputasi perusahaan.
- Eksploitasi Konfigurasi yang Salah
Kesalahan konfigurasi sering kali menjadi pintu terbuka bagi penyerang untuk mengakses data sensitif yang tersimpan di cloud. Konfigurasi yang tidak tepat, seperti pengaturan izin yang terlalu longgar atau kurangnya enkripsi pada data yang sensitif, bisa memberikan akses yang tidak sah kepada pihak yang berniat buruk. Misalnya, jika pengaturan akses kontrol tidak cukup ketat, seorang penyerang bisa mendapatkan akses ke database yang berisi informasi pribadi pelanggan atau data keuangan perusahaan.Salah satu contoh terkenal dari serangan ini adalah insiden yang melibatkan Amazon Web Services (AWS) pada 2017, di mana kesalahan konfigurasi memungkinkan data sensitif pelanggan bocor. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memastikan bahwa pengaturan dan kebijakan keamanan cloud mereka benar-benar aman dan diperbarui secara teratur.
- Penggunaan Akun yang Dicuri
Serangan yang menggunakan kredensial yang dicuri, atau yang lebih dikenal dengan istilah credential stuffing, adalah metode umum yang digunakan oleh penyerang untuk mengakses layanan cloud. Dalam serangan ini, penyerang memperoleh kredensial login dari sumber lain, seperti data yang dibocorkan dari pelanggaran keamanan sebelumnyadan menggunakannya untuk menyamar sebagai pengguna sah.Dengan cara ini, penyerang bisa mengakses data atau layanan cloud, melakukan perubahan, atau mencuri informasi yang berharga tanpa terdeteksi. Pengguna yang memiliki akses ke data sensitif seperti informasi keuangan atau dokumen penting perusahaan dapat menjadi sasaran utama serangan ini. Oleh karena itu, perusahaan harus mengimplementasikan autentikasi multi-faktor (MFA) dan melakukan pemantauan aktivitas yang tidak biasa untuk mencegah serangan semacam ini.
- Serangan API
API (Application Programming Interface) yang menghubungkan berbagai layanan dan aplikasi dalam ekosistem cloud dapat menjadi titik lemah yang serius jika tidak diamankan dengan benar. API yang tidak aman atau tidak terkelola dengan baik bisa memberi kesempatan bagi penyerang untuk mengakses, memanipulasi, atau bahkan mencuri data dari cloud.Serangan terhadap API sangat berbahaya karena memungkinkan penyerang untuk mengeksploitasi bug atau kerentanannya untuk masuk ke dalam sistem cloud yang lebih besar. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan pengujian keamanan yang rutin terhadap API yang digunakan dalam aplikasi mereka, serta memastikan bahwa API hanya dapat diakses oleh pihak yang sah.
- Distributed Denial of Service (DDoS)
Serangan DDoS bertujuan untuk melumpuhkan layanan cloud dengan membanjiri server dengan lalu lintas yang berlebihan, membuat aplikasi dan situs web tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah. Meskipun serangan ini tidak langsung mencuri data, dampaknya bisa sangat merusak. Perusahaan yang menjadi korban serangan DDoS akan mengalami gangguan layanan yang bisa berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.Serangan DDoS bisa menyebabkan kerugian finansial akibat gangguan pada operasional dan hilangnya pendapatan. Selain itu, reputasi perusahaan bisa tercoreng jika pelanggan merasa tidak bisa mengakses layanan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, perusahaan harus mempersiapkan mitigasi serangan DDoS dengan menggunakan solusi keamanan cloud yang dapat menanggulangi serangan semacam ini.
Peluang Baru bagi Penjahat Siber
Sayangnya, pertumbuhan adopsi cloud juga memberikan peluang bagi pelaku kejahatan siber. Beberapa tren yang mungkin muncul di masa depan meliputi:
- Keahlian Khusus dalam Cloud
Kelompok kejahatan siber kini mulai mengembangkan keahlian khusus dalam mengeksploitasi kerentanannya di cloud. Mereka belajar untuk mengidentifikasi celah keamanan yang sangat spesifik dan menggunakan teknik-teknik canggih untuk meretas sistem. Penjahat siber ini tidak hanya mengincar perusahaan besar, tetapi juga organisasi kecil dan menengah yang mungkin belum cukup siap menghadapinya. - Penjualan Data di Dark Web
Data yang dieksploitasi dari cloud sering kali dijual di pasar gelap atau dark web. Informasi sensitif yang dicuri, seperti nomor kartu kredit, data kesehatan, atau informasi login, bisa diperdagangkan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini memperburuk masalah karena serangan tidak hanya berakhir pada kebocoran data, tetapi juga bisa menyebabkan kerugian lebih lanjut akibat penyalahgunaan informasi tersebut. - Serangan Terarah
Penjahat siber juga semakin cerdas dalam menargetkan organisasi tertentu dengan serangan yang sangat terarah. Misalnya, mereka bisa mengeksploitasi informasi internal untuk merancang serangan yang sangat personal, sehingga lebih sulit dideteksi oleh sistem keamanan. Organisasi harus lebih waspada dan mengembangkan strategi keamanan yang lebih canggih untuk menghadapi ancaman yang semakin dinamis ini.
Langkah Mitigasi yang Dapat Dilakukan Perusahaan
Meskipun ancaman terhadap cloud semakin meningkat, ada berbagai langkah mitigasi yang dapat dilakukan perusahaan untuk melindungi lingkungan cloud mereka:
- Terapkan Otentikasi Multi-Faktor (MFA)
MFA adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah akses tidak sah. Sayangnya, langkah ini sering diabaikan ketika organisasi terburu-buru mengadopsi transformasi digital. - Gunakan Prinsip Least Privilege
Batasi akses pengguna hanya pada data atau layanan yang mereka butuhkan untuk menjalankan tugas mereka. Dengan demikian, risiko akses yang tidak sah dapat diminimalkan. - Tingkatkan Visibilitas Cloud
Perusahaan harus memiliki pemantauan berkelanjutan terhadap aktivitas di environment cloud mereka untuk mendeteksi ancaman secara cepat. - Manfaatkan Kerangka Keamanan yang Ada
- MITRE ATT&CK: Kerangka ini membantu organisasi memahami dan mencegah ancaman dengan memberikan wawasan tentang taktik dan teknik yang digunakan penyerang.
- Cloud Security Alliance: Inisiatif ini menyediakan praktik terbaik dan kontrol keamanan yang dirancang khusus untuk lingkungan cloud.
- Kembangkan Playbook Respons Insiden Cloud
Organisasi harus memiliki panduan yang jelas dan komprehensif untuk merespons insiden keamanan cloud. - Berbagi Intelijen Ancaman
Kolaborasi dengan komunitas keamanan siber dapat membantu perusahaan menghadapi ancaman baru dengan berbagi pengetahuan dan solusi.
Studi Kasus Serangan Cloud di 2024
Pada tahun 2024, terjadi beberapa insiden serangan siber yang menargetkan infrastruktur cloud, menunjukkan peningkatan ancaman terhadap layanan berbasis cloud. Berikut adalah beberapa contoh kasus yang menonjol:
- Serangan Ransomware pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS)
Pada 20 Juni 2024, Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) Indonesia mengalami serangan ransomware yang signifikan. Serangan ini menyebabkan gangguan besar pada layanan publik, termasuk sistem imigrasi di Bandara Soekarno-Hatta dan berbagai kantor imigrasi di seluruh Indonesia, yang mengakibatkan antrian panjang dan keterlambatan dalam proses imigrasi. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut menggunakan varian terbaru dari ransomware Lockbit 3.0, yang dikenal dengan kemampuan enkripsi data yang cepat dan efektif.
- T-Mobile - Serangan Ransomware
T-Mobile menjadi korban serangan ransomware setelah penyerang mengeksploitasi celah pada sistem API yang menghubungkan layanan cloud mereka. Data pelanggan, termasuk informasi pribadi, terkunci dan perusahaan diminta membayar tebusan. Dampak finansial besar terjadi akibat pemulihan dan denda regulasi. T-Mobile memperkuat protokol keamanan, mengenkripsi data, dan mengimplementasikan autentikasi multi-faktor untuk mencegah serangan serupa.
- Microsoft - Eksploitasi Kerentanan Cloud Azure
Microsoft Azure mengalami serangan yang memanfaatkan kelemahan dalam pengelolaan kredensial akses. Penyerang berhasil mengakses data sensitif pelanggan bisnis dan aplikasi yang disimpan di cloud. Kerugian finansial terjadi akibat tuntutan hukum dan biaya pemulihan. Microsoft melakukan audit keamanan, memperkenalkan kebijakan pengelolaan akses yang lebih ketat, dan memberikan pelatihan keamanan kepada administrator dan pengguna.
Kasus-kasus di atas menekankan pentingnya bagi organisasi untuk memperkuat keamanan infrastruktur cloud mereka, mengingat peningkatan signifikan dalam frekuensi dan kompleksitas serangan siber yang menargetkan layanan cloud pada tahun 2024.
Kesimpulan
Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi cloud, perusahaan harus menyadari bahwa keamanan cloud bukan lagi opsional, melainkan kebutuhan utama. Perusahaan harus mengadopsi pendekatan yang proaktif dan kolaboratif dalam menghadapi ancaman ini, termasuk meningkatkan visibilitas cloud, menerapkan prinsip least privilege, dan berbagi intelijen ancaman dengan komunitas keamanan siber.
Melalui langkah-langkah ini, perusahaan tidak hanya dapat melindungi aset digital mereka, tetapi juga membangun ketahanan terhadap serangan siber yang semakin kompleks. Kolaborasi antara organisasi, penyedia cloud, dan komunitas keamanan siber adalah kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman di era cloud.