AI Meningkatkan Diagnosa Dini Kanker Kulit: Harapan Baru Medis
- Pabila Syaftahan
- •
- 15 Sep 2024 15.57 WIB
Dalam 1 tahun terakhir, kemajuan luar biasa telah terjadi dalam diagnosis kanker yang dibantu oleh teknologi artificial intelligence (AI). Semakin banyak profesional medis yang mulai menguji, menggunakan, dan mengintegrasikan asisten AI ke dalam praktik sehari-hari mereka, termasuk dalam penanganan kanker kulit. Harapan tinggi tertuju pada alat diagnostik berbasis AI untuk diterapkan secara luas di bidang ini di masa depan. Bagaimana sebenarnya bantuan AI dalam konteks kanker kulit?
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari Stanford Medicine pada tahun 2024 membandingkan efektivitas diagnosis kanker kulit oleh klinisi dengan dan tanpa bantuan teknologi deep learning berbasis AI. Dalam lingkungan eksperimen tersebut, klinik yang bekerja tanpa dukungan AI menunjukkan sensitivitas rata-rata sebesar 74,8%, sementara sensitivitas meningkat menjadi sekitar 81,1% untuk mereka yang dibantu oleh AI. Temuan ini sangat menarik, terutama karena AI menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan pada semua level profesional medis, dengan peningkatan terbesar terlihat pada para klinisi yang bukan ahli dermatologi.
Kanker kulit, terutama melanoma, merupakan masalah kesehatan yang semakin mengkhawatirkan, terutama di kalangan orang yang lebih muda. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di BMJ Oncology, jumlah kasus kanker pada individu di bawah usia 50 tahun telah meningkat hampir 80% selama tiga dekade terakhir. Selain itu, tingkat kejadian kanker kulit melanoma juga menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, dengan peningkatan hampir dua perlima (38%) dalam dekade terakhir. Di Spanyol, misalnya, tingkat kejadian kanker kulit melonjak secara konsisten dengan peningkatan tahunan sebesar 2,4% selama periode yang sama.
Deteksi dini adalah kunci dalam penanganan kanker kulit, karena jika ditemukan pada tahap awal, kanker kulit biasanya dapat diobati dengan baik dan prognosisnya sangat positif. Namun, gaya hidup yang sibuk dan berbagai kekhawatiran lain menyebabkan banyak orang tidak melakukan pemeriksaan rutin, yang berdampak pada keterlambatan diagnosis dan perawatan. Hal ini mengakibatkan perubahan signifikan dalam tingkat kelangsungan hidup. Sebagian besar pasien yang akhirnya memeriksakan diri seringkali menunggu terlalu lama untuk berkonsultasi dengan dokter. Penelitian terbaru dari Bupa mengenai Sikap terhadap Kesehatan Digital mengungkapkan bahwa hanya 9% orang yang akan segera memeriksakan tahi lalat yang mereka khawatirkan ke profesional medis.
Menariknya, penelitian yang sama menunjukkan bahwa jika orang memiliki opsi untuk menilai tahi lalat melalui aplikasi ponsel yang didukung oleh AI, angka tersebut dapat meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 33%. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi yang sedang berkembang dapat memiliki dampak besar dalam mendorong perubahan perilaku positif dalam perawatan kesehatan dan meningkatkan hasil klinis dari penyakit yang dapat menjadi sangat serius.
Bupa, sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk meningkatkan perawatan kesehatan, kini memperkenalkan alat dermatologi di rumah melalui layanan digital mereka yang dikenal sebagai Blua. Blua adalah layanan kesehatan digital yang tersedia di lebih dari 200 negara dan menawarkan akses ke berbagai inovasi kesehatan yang mempermudah dan meningkatkan aksesibilitas. Layanan ini mencakup konsultasi virtual, program kesehatan digital, serta layanan kesehatan jarak jauh seperti pengiriman resep dan peralatan pemantauan di rumah.
Di Spanyol, Bupa menyediakan layanan penilaian dermatologi di rumah melalui Blua. Cara kerjanya cukup sederhana namun canggih. Pelanggan yang khawatir tentang lesi kulit dapat mengambil foto resolusi tinggi menggunakan smartphone mereka. Foto-foto ini kemudian diunggah ke Blua dan dianalisis oleh AI yang membandingkan gambar tersebut dengan database jutaan gambar lesi kulit lainnya untuk mendeteksi kemungkinan tanda keganasan. Algoritma dalam alat ini mampu membedakan antara 302 jenis patologi kulit yang berbeda. Jika ada indikasi bahwa lesi tersebut mungkin mencurigakan, pelanggan akan diberi tahu untuk mengatur janji dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Dengan semakin berkembangnya kesehatan digital dan AI, masa depan perawatan kesehatan akan semakin bergantung pada teknologi untuk mengatasi hambatan yang menghalangi deteksi dan penanganan masalah kesehatan seperti tahi lalat secara tepat waktu. Perubahan perilaku positif yang dihasilkan dari penggunaan teknologi ini dapat berpotensi menyelamatkan nyawa. Blua, dengan berbagai layanan kesehatan digitalnya, menjadi alat yang sangat berharga di dunia yang serba cepat saat ini, di mana kenyamanan dan aksesibilitas sangat penting. Dengan adanya konsultasi virtual dan tes di rumah, individu dapat memprioritaskan kesehatan mereka tanpa harus mengorbankan waktu berharga mereka.