Wamenkeu Dorong Penggunaan AI untuk Prediksi Penerimaan Pajak
- Pabila Syaftahan
- •
- 30 Okt 2024 09.03 WIB
Dalam acara Dies Natalis ke-15 Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Wakil Menteri Keuangan, Anggito Abimanyu, menyampaikan pandangan mengenai peran penting teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam membantu berbagai sektor, termasuk proyeksi penerimaan pajak negara. Menurut Anggito, pemanfaatan AI dapat memberikan kemampuan baru dalam memprediksi penerimaan pajak, bahkan tanpa memerlukan keterlibatan langsung dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Kantor Wilayah DJP.
Anggito menjelaskan bahwa teknologi AI memungkinkan perhitungan penerimaan pajak berdasarkan data-data pendukung seperti jumlah penduduk, produk domestik bruto (PDB), dan indikator ekonomi lainnya. "Saya bisa menghitung penerimaan pajak dengan AI. Kita bisa memasukkan jumlah populasi, data PDB, dan hasilnya langsung memperlihatkan proyeksi penerimaan pajak,” ujarnya. Dengan bantuan AI, prediksi penerimaan pajak menjadi lebih cepat dan akurat, mengurangi ketergantungan pada proses manual dan tenaga manusia di tingkat lapangan.
Tak hanya untuk perhitungan pajak, Anggito menyoroti bagaimana AI kini memainkan peran signifikan dalam berbagai aspek dunia usaha. Menurutnya, AI bisa mendukung berbagai kebutuhan bisnis, dari pembuatan rencana bisnis hingga perancangan logo. Selain itu, teknologi AI dapat memperkirakan potensi investasi melalui proyeksi Internal Rate of Return (IRR) dan bahkan membantu dalam menghasilkan konten kreatif seperti musik. "AI dapat membuat logo, menyusun rencana bisnis, menghitung IRR, dan lain-lain. Dunia usaha sangat diuntungkan dengan kemampuan ini," tambah Anggito.
Anggito juga mendorong perguruan tinggi untuk mulai memasukkan pendidikan AI ke dalam kurikulum sejak awal perkuliahan. Ia berpendapat bahwa mahasiswa harus diberikan dasar-dasar kecerdasan buatan sejak semester pertama agar mereka siap menghadapi persaingan di era digital. “Mohon diajarkan di kampus-kampus, mulai dari tingkat satu. Kalau terlambat, akan tertinggal dalam bisnis,” katanya. Menurutnya, pendidikan harus beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi untuk mempersiapkan generasi muda yang mampu memanfaatkan AI dalam berbagai bidang.
Di sisi lain, Anggito menekankan bahwa kehadiran AI di dunia pendidikan juga membawa perubahan pada cara mahasiswa belajar dan mengerjakan tugas. Ia berpendapat bahwa mahasiswa tidak perlu lagi diberi banyak tugas menulis seperti paper karena hal tersebut bisa dilakukan oleh teknologi AI. Sebagai gantinya, Anggito mendorong pengembangan kemampuan komunikasi dan keterampilan lunak atau soft skills pada mahasiswa, karena keterampilan tersebut lebih sulit digantikan oleh mesin. “Tidak perlu memberikan tugas paper yang terlalu banyak, karena sekarang bisa dibuatkan oleh AI. Tapi kita harus mengarahkan mahasiswa untuk bisa mengartikulasikan ide mereka. Keterampilan presentasi, misalnya, tidak bisa digantikan oleh teknologi,” jelasnya.
AI dianggap Anggito sebagai teknologi yang mampu mengubah banyak aspek kehidupan dan pekerjaan manusia. Dalam bidang pendidikan, AI dapat membantu dosen dalam mengajar dan memberikan materi yang lebih efektif, sementara bagi mahasiswa, AI bisa menjadi alat bantu yang mempercepat proses pembelajaran. Namun, Anggito mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada teknologi ini juga dapat membawa dampak negatif jika tidak diimbangi dengan peningkatan keterampilan interpersonal.
Sebagai penutup, Anggito mengajak semua pihak, termasuk perguruan tinggi dan dunia usaha, untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi AI dengan bijak. Pandangan Anggito tentang pentingnya adaptasi ini sejalan dengan tren global di mana banyak negara dan perusahaan mulai mengimplementasikan AI untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Teknologi AI diharapkan bisa menjadi solusi inovatif yang tidak hanya mempermudah proses perhitungan seperti proyeksi pajak, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi generasi mendatang dalam berbagai sektor ekonomi dan pendidikan.
Dengan adanya AI, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan teknologi ini, sehingga mereka dapat berkembang di tengah kemajuan zaman. Harapannya, para lulusan tidak hanya mampu bersaing di dunia kerja, tetapi juga dapat memanfaatkan teknologi canggih ini untuk berkontribusi pada pembangunan dan kemajuan negara