Penggunaan AI dan Machine Learning, Tingkatkan Keamanan Siber


Ilustrasi Cyber Security Vector

Ilustrasi Cyber Security

Dalam menghadapi ancaman siber yang semakin berkembang, perusahaan keamanan siber terkemuka, Palo Alto Networks, mengungkapkan bahwa integrasi kecerdasan buatan (AI) telah menjadi strategi utama yang diadopsi secara luas oleh organisasi teknologi di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Laporan Kondisi Keamanan Siber di ASEAN tahun 2023 dari Palo Alto Networks mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen organisasi di Indonesia sedang mempertimbangkan integrasi AI, menjadikannya negara dengan jumlah tertinggi di ASEAN yang mempertimbangkan teknologi ini.

Para ahli keamanan siber memahami bahwa perkembangan teknologi AI dan machine learning telah memunculkan tantangan baru dalam bentuk penjahat siber yang terus mencari cara baru untuk mengeksploitasi teknologi ini dengan tujuan jahat. Ini adalah ancaman serius terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia yang menjadi sasaran empuk bagi para penjahat siber.

Perbandingan dengan perusahaan besar, UKM umumnya tidak memiliki sumber daya manusia, keahlian, atau sumber daya lain yang memadai untuk melindungi keamanan siber mereka. Banyak UKM bahkan masih menganggap keamanan siber sebagai inisiatif sesaat atau tugas yang hanya perlu dilakukan sekali tanpa berkelanjutan, yang membuat mereka rentan terhadap serangan siber.

Palo Alto Networks menggarisbawahi bahwa langkah-langkah keamanan siber tradisional sudah tidak lagi memadai untuk melawan serangan siber canggih seperti phishing, serangan ransomware, kampanye jahat, dan lainnya. Malware tingkat lanjut dapat dengan mudah menghindari deteksi menggunakan tanda tangan tradisional.

Di sinilah kecerdasan buatan (AI) dan machine learning (ML) memainkan peran kunci. Teknologi AI dan ML memiliki potensi besar untuk meningkatkan keamanan siber dengan mendeteksi serangan yang tidak dikenal, serangan tingkat lanjut, termasuk malware polimorfik, dengan akurasi dan kecepatan yang lebih tinggi. Dengan menganalisis data serangan historis dan memanfaatkan intelijen ancaman secara real-time, tim keamanan dapat lebih cepat dan efisien melindungi organisasi dari serangan siber.

Steven Scheurmann, Wakil Presiden untuk ASEAN di Palo Alto Networks, menjelaskan, "Sangat penting untuk diingat bahwa UKM, seperti halnya organisasi yang lebih besar, memiliki data berharga yang dicari oleh para penyerang siber untuk mendapatkan keuntungan finansial." Ia menekankan bahwa visibilitas holistik, pendekatan zero-trust, dan integrasi AI dapat membantu UKM meningkatkan keamanan cloud mereka, melindungi aset mereka dari ancaman saat ini dan masa depan.

Palo Alto Networks juga mengungkapkan bahwa serangan ransomware telah menjadi masalah serius di Indonesia, menempatkannya sebagai peringkat ke-3 terbesar di Asia Tenggara. Jumlah serangan ransomware meningkat hampir 30 persen pada tahun 2022, dengan 14 kasus dilaporkan di berbagai sektor utama. Serangan ini termasuk dalam kategori yang lebih agresif, dan pelaku seringkali menggunakan panggilan telepon dan email untuk memeras organisasi, terutama yang berada di sektor manufaktur, grosir dan ritel, serta jasa profesional dan hukum.

Dengan ancaman siber semakin kompleks, integrasi AI dan ML menjadi kunci dalam memastikan keamanan siber yang kuat, bahkan untuk UKM dengan sumber daya terbatas. Dengan tekad kuat untuk mengadopsi budaya keamanan siber yang kuat dan mengandalkan teknologi AI, UKM di Indonesia dapat mengurangi risiko serangan siber dan melindungi aset serta data mereka.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Berlangganan

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru.

Video Terkait