Pandemi Membuat Percepatan Perubahan Tenaga Manusia Jadi Robot
- Mathilda Gian Ayu
- •
- 27 Okt 2020 12.34 WIB
Survey yang dilakukan pada hampir 300 perusahaan global menemukan bahwa empat dari lima eksekutif bisnis mempercepat rencana untuk melakukan digitalisasi pekerjaan dan menerapkan teknologi baru, sehingga membatalkan perolehan pekerjaan yang didapat sejak krisis keuangan 2007-2008.
Hal itu disebabkan munculnya robot yang memilki fungsi yang sama seperti tenaga manusia dalam melakukan pekerjaan perusahaan global. Robot akan melenyapkan 85 juta pekerjaan di bisnis menengah sampai besar selama lima tahun ke depan lantaran pandemi COVID-19 mempercepat perubahan di tempat kerja, yang cenderung melebih-lebihkan ketidaksetaraan, demikian riset Forum Ekonomi Dunia (WEF).
Dalam riset tersebut dijelaskan bahwa bagi pekerjaan yang ditentukan tetap menjalankan perannya dalam lima tahun ke depan, hampir separuhnya perlu mempelajari keterampilan baru, dan pada 2025, para pengusaha akan membagi tugas untuk manusia dan mesin secara merata.
“COVID-19 mempercepat datangnya masa depan pekerjaan,” ujar Direktur Manajer WEF, Saadia Zahidi. Secara keseluruhan, penciptaan lapangan kerja melambat dan penghilang pekerjaan semakin cepat dikarenakan perusahaan global di dunia memilih menggunakan teknologi ketimbang pekerja untuk tugas memasukan data, akuntansi, dan administrasi.
Dilansir dari sumsel.antaranews.com, kabar baiknya adalah bahwa lebih dari 97 juta pekerjaan akan muncul di seluruh ekonomi perawatan, di industri teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), dan dalam pembuatan kontenm menurut WEF yang bermarkasi di Jenewa.
Permintaan akan meningkat bagi pekerja yang mampu mengisi pekerjaan ekonomi hijau, data mutakhir dan fungsi kecerdasan buatan, serta peran baru di bidang teknik, komputasi awan dan pengembangan produk. “Tugas-tugas di mana manusia ditetapkan untuk mempertahankan keuntungan komparatif mereka termasuk mengelola, menasehati, membuat keputusan, mempertimbangkan, berkomunikasi serta berinteraksi,” ucap Saadia.
Dari survei WEF ditemukan bahwa sekitar 43% perusahaan ditetapkan akan mengurangi tenaga kerja mereka sebagai dampak integrasi teknologi, 41% berencana memperluas penggunaan kontraktor, dan 34% membayangkan perluasan tenaga kerja mereka akibat integritas teknologi.