Google Student Ambassador: Asah AI Ethics dan Prompt Skill
- Sari Azhariyah
- •
- 29 Agu 2025 11.10 WIB
Ilustrasi Google Student Ambassador
Belakangan ini, dunia teknologi sedang ramai membicarakan program Google Student Ambassador (GSA). Bagi mahasiswa, ini bukan sekadar ajang seremonial—tetapi peluang besar untuk melihat langsung arah masa depan industri teknologi, terutama di bidang AI Ethics dan Prompt Engineering.
Di era AI sekarang, kemampuan teknis seperti coding, database, atau jaringan memang penting. Namun, hanya menguasai itu saja tidak cukup. Dunia kerja mulai mencari talenta yang tidak hanya melek teknologi, tapi juga melek etika dan mampu memanfaatkan AI secara tepat.
Google Student Ambassador untuk Semua Mahasiswa, Bukan Hanya Mahasiswa IT
Satu hal yang sering disalahpahami adalah bahwa program GSA ini hanya untuk mahasiswa jurusan teknologi. Faktanya, program ini terbuka untuk semua latar belakang akademik.
Jika kamu memenuhi syarat ini, berarti kamu adalah individu yang dicari oleh Google:
- Mahasiswa yang antusias terhadap teknologi.
- Mahasiswa yang punya semangat untuk belajar dan berbagi.
- Mahasiswa yang memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan.
- Serta mahasiswa yang aktif membangun komunitas di kampus.
Tujuan dari program ini sederhana, yaitu menjembatani hubungan antara Google dan universitas. Sebagai GSA, mahasiswa bertugas mensosialisasikan produk, program, dan acara Google kepada rekan-rekan mereka. Jadi meskipun fokusnya banyak di teknologi—khususnya AI—peserta tidak harus berasal dari jurusan IT. Mahasiswa Sistem Informasi, Ilmu Komputer, Teknik, Humaniora, hingga jurusan lain pun bisa mendaftar, selama memenuhi kualifikasi. Dengan begitu, GSA jadi peluang untuk mengasah kemampuan profesional, kepemimpinan, dan jejaring, tidak peduli dari disiplin ilmu apa.
Bayangkan jika AI digunakan sembarangan — misalnya untuk menyebarkan informasi palsu atau menghasilkan konten yang bias. Dampaknya akan sangat serius. Karena itu, etika AI menjadi perhatian besar di dunia teknologi saat ini.
Lewat program ini, Google ingin menanamkan mindset bahwa teknologi canggih harus selalu dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Mahasiswa yang memahami AI Ethics bukan hanya sekadar pintar menggunakan AI, tetapi juga siap menjadi bagian dari solusi, bukan sumber masalah.
Kalau dulu kemampuan utama di dunia teknologi adalah menulis baris kode, sekarang ada keterampilan baru yang mulai naik daun yaitu Prompt Engineering. Sederhananya, ini merupakan seni berkomunikasi dengan AI. Bagaimana menulis instruksi (prompt) agar AI bisa memberikan jawaban atau solusi yang sesuai. Mahasiswa yang menguasai kemampuan ini akan lebih unggul, karena bisa menjadi penghubung antara kebutuhan manusia dan kecerdasan buatan.
Maka tidak heran jika Google menempatkan Prompt Engineering sebagai salah satu skill penting yang perlu dikuasai generasi muda.
Kenapa Perlu Menjadi GSA ?
Mengikuti program seperti Google Student Ambassador bukan hanya tentang ikut pelatihan. Lebih dari itu, ini adalah kesempatan untuk:
- Terhubung dengan komunitas AI dan teknologi di Indonesia.
- Membawa nama baik kampus ke level nasional.
- Mengasah kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan jejaring.
- Serta memperkuat portofolio saat masuk dunia kerja.
Fokus pada AI Ethics dan Prompt Engineering menunjukkan bahwa dua bidang ini akan menjadi bekal utama siapa pun yang ingin relevan di dunia teknologi masa depan— baik dari jurusan IT maupun non-IT. AI saat ini berkembang dengan sangat cepat. Generasi muda punya peluang besar untuk tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pencipta perubahan. Program seperti Google Student Ambassador hanyalah salah satu jalan.
Yang lebih penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri dengan menguasai keterampilan baru, memahami etika, dan belajar beradaptasi dengan teknologi. Karena pada akhirnya, masa depan teknologi bukan hanya soal apa yang bisa dibuat AI, tetapi bagaimana manusia menggunakannya dengan bijak.
