Kemenkes: Transformasi Digital Beri Peluang Sekaligus Tantangan
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 18 Jan 2021 16.31 WIB
Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung saat ini menunjang meningkatnya pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung aktivitas di berbagai bidang, termasuk pada infrastruktur kritis nasional. Salah satu yang kemudian disorot oleh pemerintah adalah sektor kesehatan karena memiliki peran penting di masa pandemi ini.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kemudian secara aktif memanfaatkan teknologi cloud computing dan inovasi teknologi informasi lainnya untuk mengelola data dan layanan baik secara internal maupun untuk masyarakat umum. Hal ini terutama terkait dengan isu-isu layanan kesehatan seperti aksesibilitas dan ketersediaan layanan bagi pasien.
“Saat ini kita berada di masa disrupsi transformasi digital, dan inovasi teknologi menawarkan kemudahan untuk melakukan transformasi terhadap sistem layanan kesehatan yang berubah dari facility-sentris ke pasien-sentris,” tutur Yudianto, SKM, M.Si, Kepala Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi, Pusat Data dan Informasi Kemenkes dalam webinar, Senin (18/1/2021).
Pada webinar bertajuk ‘Cloud Computing & Cybersecurity untuk Infrastruktur Kritis Nasional’ yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan CyberHub Fest 2021 tersebut, Yudi menyampaikan pula bahwa pemanfaatan teknologi digital di lingkungan Kementerian Kesehatan yang bersifat pasien-sentris bisa membantu pelayanan kapan saja dan di mana saja.
Pemanfaatan teknologi digital juga didorong desakan dari WHO (World Health Organization) terhadap Kementerian Kesehatan di seluruh dunia untuk memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.
“Layanan kesehatan digital seperti e-health atau telemedicine yang diadopsi ke sistem kesehatan memberikan peluang untuk melakukan transformasi digital. Selain itu, teknologi ini juga bisa membawa layanan kesehatan lebih dekat dengan masyarakat,” jelas Yudi.
Kementerian Kesehatan sendiri, Yudi menjelaskan, mengalami perkembangan jumlah aplikasi yang digunakan baik untuk layanan internal maupun eksternal. Ia melanjutkan, bahkan jumlahnya bisa mencapai lebih dari 300 aplikasi dengan berbagai server.
“Jumlah aplikasi yang ada memberikan peluang kemudahan bagi kami sekaligus juga mengkhawatirkan. Kami khawatir terkait sumber daya untuk pengembangan aplikasi dan layanan kesehatan karena tentunya harus berjalan dengan baik tanpa jeda,” ungkapnya.
Yudi menambahkan, kepemilikan atas mini data center untuk layanan kesehatan daerah terkait dengan pengelolaan data untuk layanan kesehatan bisa menimbulkan keborosan sumber daya. Maka dari itu, Kementerian Kesehatan senantiasa mencari solusi terhadap kekhawatiran sumber daya untuk transformasi digital layanan kesehatan yang menyulitkan penerapan teknologi lain.
“Saat ini juga menjadi kekhawatiran kami untuk mengelola data terkait COVID-19 yang harus didukung dengan aplikasi yang handal. Mulai dari tracking hingga distribusi vaksinasi. Kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan layanan untuk mengelola data COVID-19 membutuhkan kehandalan teknologi yang ditunjang sumber daya,” kata Yudi.
Keamanan juga menjadi tantangan lain yang dihadapi Kementerian Kesehatan dalam melakukan transformasi digital terhadap sistem layanan kesehatan. Yudi menyampaikan, terdapat cukup banyak serangan internal di Kementerian Kesehatan untuk mencuri data layanan kesehatan.
“Maka dari itu kami juga khawatir terkait keamanan data atau cybersecurity. Meskipun telah memiliki data center dan layanan cloud computing untuk backup data, kami masih cukup mempertanyakan keamanan yang ada,” pungkas Yudi.
Kementerian Kesehatan telah menerapkan berbagai teknologi digital yang menunjang pelayanan kesehatan dan informasi. Mulai dari adanya data center hingga pemanfaatan cloud computing pula untuk menyimpan data yang penting, terutama mengenai COV ID-19.